Rabu 26 May 2021 19:45 WIB

Kardinal Myanmar Minta Serangan ke Tempat Ibadah Diakhiri

Konflik antara tentara dan pihak yang menentang aturan militer meningkat di Myanmar.

 Para pengunjuk rasa memberi hormat tiga jari saat mereka membawa bendera serikat mahasiswa selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, 21 Mei 2021.
Foto:

Penduduk lain di daerah itu mencoba membantu orang-orang telantar yang diperkirakan pada Rabu jumlah yang telah meninggalkan rumah mereka sekarang meningkat menjadi antara 30.000 dan 50.000 orang, dan masih menggunakan gereja untuk berlindung.

"Orang tua dan anak-anak ada di gereja. Semua gereja telah memasang bendera putih untuk menghentikan penembakan," kata pria berusia 20 tahun, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

 

Dia mengatakan ketegangan masih dirasakan di daerah itu, dan menuding militer terus menggunakan senjata berat terhadap milisi lokal yang bersenjata ringan. Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi, dengan protes harian, pawai, dan pemogokan nasional melawan junta, yang telah berjuang untuk menegakkan ketertiban saat kelompok oposisi berkembang.

Junta Myanmar telah menanggapi perlawanan dengan kekuatan mematikan hingga menewaskan lebih dari 800 orang, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.Namun, militer membantah angka ini dan pemimpin kudeta Min Aung Hlaing baru-baru ini mengatakan sekitar 300 orang telah tewas dalam kerusuhan itu, termasuk di antaranya 47 polisi.

Militer juga bertempur di sejumlah daerah, melawan tentara etnis minoritas yang sudah terlebih dahulu ada, dan milisi lokal yang dibentuk dalam beberapa minggu terakhir---banyak yang dipersenjatai dengan senapan sederhana dan senjata rakitan.

Min Aung Hlaing telah mengecilkan risiko kekerasan yang berubah menjadi konflik yang lebih besar."Saya tidak berpikir akan ada perang saudara," kata dia kepada media berbahasa China, Phoenix Television, yang berbasis di Hong Kong dalam wawancara pada 20 Mei.Sumber: Reuters

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement