Rabu 02 Jun 2021 19:58 WIB

Presdir BCA: 90 Persen Produk di E-Commerce Impor

UMKM di Indonesia perlu banyak edukasi dan peningkatan kapasitas produksi.

Presdir BCA: 90 Persen Produk di E-Commerce Impor. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja saat di wawancarai Republika, Selasa (5/11).
Foto: Republika/Prayogi
Presdir BCA: 90 Persen Produk di E-Commerce Impor. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja saat di wawancarai Republika, Selasa (5/11).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan 90 persen lebih produk yang dijual di e-commerce yang terdapat di Indonesia bukan produksi dalam negeri, melainkan produk impor. "E-commerce di Indonesia ini sudah banyak, ada Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lain-lain. Kalau kita lihat 90 persen lebih produk dari mana? Bukan UMKM kita, ini yang menyedihkan. Itu import goods," kata Jahja dalam webinar digitalisasi UMKM dan sistem pembayaran 2025, Rabu (2/6).

Menurut dia, UMKM di luar negeri, seperti China, lebih siap dalam memasuki ekosistem ekonomi digital yang sudah merambah pasar global. Sementara UMKM di Indonesia, kata Jahja, masih perlu banyak edukasi dan peningkatan kapasitas dalam produksi, SDM, maupun kualitas produk.

Baca Juga

BCA mengadakan UMKM Fest pada Maret 2021 yang diikuti oleh 1.800 UMKM terpilih yang memiliki kesiapan produk yang berkualitas. Mereka dibantu masuk ke dalam ekosistem digital berupa e-commerce berbasis website yang dibuat BCA.

Jahja menyebut sebagian besar pelaku UMKM yang mengikuti UMKM Fest tersebut masih perlu banyak bantuan dalam mempersiapkan produk mereka untuk masuk ke ekosistem digital. "Yang melatarbelakangi adalah kurangnya digital knowledge dan skill. Memang generasi milenial ada yang berjualan melalui Instagram, Facebook. Ini lumayan, tapi persentase mereka dibandingkan UMKM konvensional masih sedikit," katanya.

Jahja juga menyebut permasalahan lain pada UMKM di Indonesia adalah kurangnya pemahaman keuangan dan belum dikelola secara profesional. "Kurangnya pemahaman keuangan, UMKM kita banyak berbasis keluarga. Belum banyak UMKM yang menggunakan tenaga profesional, keuangan bisnis dan pribadi campur aduk. SDM asal keluarga, ayolah bantu. Padahal begitu UMKM membesar, harus gunakan SDM profesional, pemisahan keuangan bisnis dan pribadi," katanya.

Dia menyebut UMKM yang bisa mengelola bisnisnya secara profesional dan melek digital lebih bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. Menurut Jahja, perlu upaya khusus untuk membantu jutaan pelaku UMKM di Indonesia dengan melatih SDM agar piawai dalam hal digital, mencoba terobosan untuk berjualan dari daerah menjadi nasional atau bahkan ekspor.

Jahja berharap semua pemangku kepentingan mendorong produk UMKM ke ekosistem digital agar bisa meningkatkan penjualan UMKM. Ketika omzet UMKM tersebut naik, usaha kian berkembang, Jahja meyakini para pelaku UMKM akan mencari kredit pembiayaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement