Selasa 08 Jun 2021 05:03 WIB

Wapres: Tidak Boleh Perintahkan Pilih Pancasila atau Alquran

Pancasila tidak boleh dipertentangkan dengan Alquran

Rep: Andrian Saputra, Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Subarkah
Spanduk bertuliskan lima sila Pancasila disertai ayat-ayat Alquran dan artinya terpampang di Jalan Pejaten Raya Jakarta Selatan, Kamis (1/6). Tanggal 1 Juni kembali diijadikan hari libur nasional sebagai Hari Jadi Pancasila setelah sempat  ditiadakan di era Soeharto.
Foto:

Pancasila dan Islam

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengatakan antara Pancasila dan Islam tidak bisa dipertentangkan. Sebab menurutnya nilai-nilai Islam terdapat pada setiap sila dalam Pancasila. Menurutnya keterlibatan tokoh-tokoh Islam dalam perumusan Pancasila semisal KH Wahid Hasyim, KH Abdul Kahar Muzakir, Ki Bagus Hadikusumo, KH Agus Salim dan tokoh-tokoh lainnya membuat isi Pancasila mustahil bertentangan dengan Islam. 

"Secara prinsip lima sila dari Pancasila yang merupakan kesepakatan bapak bangsa dan ditegakan sebagai dasar negara di dalam keterlibatan tokoh-tokoh Islam sangat jelas. Dengan itu perlu dipahamkan dan atau dimaknai sebagai kesepakatan yang tidak bertentangan dengan agama apalagi agama Islam," kata Hidayat Nur Wahid kepada Republika beberapa waktu lalu. 

Lebih lanjut Hidayat mengatakan bahwa dalam Islam terdapat Addaruriyatul Khams yakni lima prinsip dasar ajaran Islam. Menurutnya kelima prinsip itu pun termuat pada masing-masing sila dalam Pancasila. 

Ia merinci pada sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan prinsip hifdzu din atau menjaga agama. Dengan demikian, sila pertama menolak komunisme atau ideologi anti agama karena tidak sesuai dengan Pancasila. Sementara Indonesia mengenal beragam agama dan toleransi antar umat beragama. Dalam Islam pun mengajarkan toleransi menghormati perbedaan agama sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al Kafirun. Karena itu menurutnya ajaran agama tidak untuk diingkari, dicemooh dan dijadikan olok-olok.

Sedangkan sila kedua, menurutnya sesuai dengan prinsip menjaga jiwa kehormatan manusia atau hifdzu an nafs. Sebab menurutnya ketika kemanusiaan terjaga ada nilai keadilan yang terimplementasikan. Itu semua merupakan ajaran Islam. Islam mengajarkan pentingnya berlaku adil, pentingnya menjaga kehormatan. Karenanya disyariahkan mengerjakan yang makruf dan dilarang segala yang mungkar yang dapat menghilangkan kehormatan manusia.

Sila ketiga menurutnya sesuai dengan prinsip hifdzu an nasl yaitu menjaga keturunan. Ia menjelaskan terjaganya keturunan anak bangsa apabila adanya persatuan.  

"Hifdzu an Nasl mengajarkan adanya persatuan Indonesia. Dan tentu adalah bagian dari ajaran Islam yaitu kita diperintahkan untuk bersatu dan tidak berpecah belah. Menjaga ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariah," katanya.

Sementara sila keempat sesuai dengan prinsip hifdzu al aqli atau menjaga rasionalitas akal budi. Menurut Hidayat rasionalitas dan akal budi menolak individualistik dan egoistik dalam kehidupan yang majemuk. Sebaliknya rasionalitas dan akal budi menghendaki adanya musyawarah, kerakyatan dan saling percaya agar adanya prinsip keterwakilan.

Sementara sila kelima dalam Pancasila sesuai dengan prinsip hifdzu al Mal atau menjaga kekayaan yang diberikan Allah untuk digunakan bagi kemaslahatan banyak orang sehingga terciptanya keadilan sosial. Sebab itu dalam Islam terdapat ajaran ibadah zakat, sedekah, dan lainnya yang tujuannya menghadirkan kemaslahatan lebih besar bagi setiap orang. 

"Jadi bila demikian sudah sangat sewajarnya bila tidak dipertentangkan antara pancasila dengan umat Islam karena tadi sejak awal yang menghadirkan pancasila itu tokoh-tokoh islam. Tidak mungkin mempertentangkan itu," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement