Selasa 29 Jun 2021 05:03 WIB

Jakarta Contohlah Lebanon Kembangkan Budaya Bersepeda?

Budaya bersepeda mulai berkembang di Lebanon saat bahan bakar mulai menipis

Rep: AL Jazeera/ Red: Muhammad Subarkah
Warga Beirut kembangkaq budaya berseda. Warga antusias kembangkaq kebiadaan
Foto:

Adanya situasi harian yang penuh perjuangan tersebut telah mendorong banyak orang ke jurang keputusasaan. Ini pun banyak membuat orang  berusaha mencari solusi alternatif untuk menyelamatkan perjalanan sehari-hari mereka di dalam menjalankan aktivitasnya. Saat itulah mengendarai sepeda mulai jadi alternatif.

“Kini saya menerima setidaknya tiga panggilan sehari dari teman dan kenalan yang menanyakan apakah saya tahu tempat yang menjual sepeda murah,” kata Natheer Halawani, seorang pengusaha sepeda 'Bicycle Mayor of Tripoli.'

Dia mengatakan terjadinya krisis bahan bakar baru-baru ini telah menambah orang yang mencari cara yang lebih murah dan tidak terlalu menguras tenaga untuk mengitari kota dalam melewati perjalanan sehari-hari. Bahkan mereka yang selama ini tidak pernah mempertimbangkan transportasi sepeda di Lebanon, sekarang yakin akan manfaatnya.

“Budaya bersepeda berkembang pesat di Lebanon,” kata Mohamad Hawi dari ibu kota Lebanon, Beirut. "Saya pribadi, yang dianggap sebagai pria malas, akan menlakukannya,'' ujar Melissa Khattar, yang mengawasi rekonstruksi rumah-rumah di Beirut. Dia berpendapat bahwa sepeda elektronik ideal untuk menjelajahi kota.

“Saya sering harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, mengawasi tempat atau kadang-kadang bahkan membeli barang tertentu yang dibutuhkan untuk konstruksi,” kata Khattar.

Saat tinggal di luar Beirut, Khattar mengendarai mobilnya ke kota lalu beralih ke sepeda elektronik 'Wave' untuk hari itu, lalu pulang ke rumah dengan mobilnya. Karena, e-bike tidak membutuhkan banyak tenaga, dia bisa bersepeda kemana-mana, menghindari lalu lintas, namun tetap terlihat rapi.

Sementara Halawani ditunjuk sebagai perwakilan perusahan merek Sepeda Tripoli oleh perusahaan sosial BYCS yang berbasis di Amsterdam, yakin bahwa sepeda akan mengubah kota. Halawani masih ingat alasan membeli sepeda sekitar 20 tahun lalu. “Saat itu, sebagai mahasiswa muda, saya tidak mampu untuk memakai taksi untuk bepergian setiap hari, jadi saya berinvestasi dalam sepeda yang sangat murah. Warnanya merah cerah dan ada tulisan 'Coca Cola' di mana-mana.”

Alih-alih Halawani yang pada awalnya merasa minder, yang seolah-olah menggunakan sepeda yang membuatnya terlihat “miskin”. Namun, ketika sudah melakoni budaya bersepeda, malah ia merasa kemudian betapa cepat cepat jatuh cinta kepada sepeda. “Saya menyadari betapa pentingnya bersepeda yang sangat bermanfaat bagi tubuh, harga diri, dan kesehatan mental saya."

Cycling culture gains ground in Lebanon as fuel runs dry | Business and  Economy News – Breaking News, World Latest News, India News, Today's News,  India Latest Stories

Keterangan foto: Budaya bersepeda di Lebanon menyebar di tengah bencana ekonomi dan kelangkaan BBM. [Courtesy: Natheer Halawani]

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement