IHRAM.CO.ID,RIYADH—Mahmakah Agung Arab Saudi meminta semua orang untuk berpartisipasi melihat hilal untuk menentukan awal Dzulhijjah pada Jumat (9/7) malam. Siapapun yang melihat bulan sabit, setelah matahari terbenam, diharapkan dapat menghubungi pengadilan terdekat.
Tahun ini, Dzulhijjah pertama diperkirakan akan jatuh pada 10 Juli atau 11 Juli, tergantung pada penampakan bulan sabit. Sedangkan pelanksanaan haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah dan berakhir pada tanggal 12 Dzulhijjah.
Sekitar 60.000 orang dari Kerajaan akan melakukan haji tahun ini, jumlahnya berkurang dramatis dibanding sebelum pandemi dengan 2,5 juta per tahun.
Sementara itu, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) akan menggelar sidang itsbat penetapan awal Zulhijjah 1442 H pada Sabtu (10/7) mendatang. Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dijadwalkan akan memimpin langsung sidang itsbat.
Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH Sirril Wafa mengatakan telah melakukan diskusi dengan Kemenag tentang pelaksanaan sidang isbat. Dia mengatakan bahwa Rukyatul Hilal kali ini akan digelar secara daring dan luring.
“Saya ikuti pembicaraan dengan pihak Kemenag beberapa waktu lalu secara informal, dan sidang isbat untuk awal Zulhijjah rencananya akan digelar secara daring dan luring,” ujar Dosen Ilmu Falak di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu kepada Republika, Selasa (6/7).
“Bagi para perukyat di lapangan, di kalangan Lembaga Falakiyah PBNU akan terapkan prokes yang ketat sesuai anjuran pemerintah,” sambungnya.
Dia menjelaskan bahwa perukyat akan dibatasi maksimal lima orang di setiap lokasi. “Sedapat mungkin perukyat berasal dari wilayah setempat, tidak diperkenankan lintas wilayah/kabupaten-kota,” ujarnya, menambahkan bahwa setiap instrumen rukyah cukup ditangani satu orang, demi menghindari kerumunan.
“Melihat kondisi hilal yang secara data diatas kriteria yang selama ini masih dipegangi, makan diharapkan tidak terjadi perbedaan di Indonesia. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan, ada kelompok-kelompok kecil yang boleh jadi bisa berbeda,” pungkasnya.
Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, menyebut dalam pelaksanaan rukyatul hilal akan dibatasi hanya yang berkepentingan.
"Rukyatul Hilal kali ini akan dilaksanakan di titik-titik yang sudah ditentukan dan tidak ada kerumunan sesuai dengan protokol kesehatan," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (6/7).
Ia menyebut dalam mengamati visibilitas hilal, peserta yang ikut akan sangat terbatas, mengingat saat ini Pemerintah Indonesia sedang memberlakukan aturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Untuk kali ini, Kemenag telah menyiapkan 88 titik pantauan yang tersebar di wilayah Indonesia. Surat edaran maupun imbauan juga disebut telah disampaikan dengan hanya yang berkepentingan yang diperbolehkan hadir.
"Saya kira empat atau lima orang (peserta rukyatul hilal) saja. Hanya yang memang ditugaskan, seperti dari Pengadilan yang akan menyumpah mereka yang melakukan pengamatan dan dari Kementerian Agama," lanjutnya.