IHRAM.CO.ID, TASHKENT -- Niginakhon Uralova menulis sebuah kolom tentang Islam dan hubungannya terhadap kondisi umat Muslim di negaranya, khususnya soal perceraian, yang dimuat di laman Eurasianet. Dia mengawali penjelasannya dengan mengatakan bahwa banyak orang Uzbek mulai lebih serius menjalankan kewajiban mereka di bawah hukum Islam, atau syariah.
Sejak Shavkat Mirziyoyev berkuasa setelah kematian mantan Presiden Uzbekistan Islam Karimov pada 2016 lalu, yang memenjarakan ribuan Muslim yang taat, Uzbekistan telah menemukan diri mereka dapat lebih terbuka mempraktikkan Islam, mendiskusikan masalah agama, dan mencari nasihat dari para sarjana Islam.
Sedangkan pemerintah, menurut Uralova, masih tampak gelisah tentang agama, dengan membatasi akses ke informasi, misalnya, dan memaksa laki-laki mencukur janggut mereka. Dan Mirziyoyev telah menghilangkan beberapa ekses Islamofobia di era Karimov.
"Ketertarikan pada agama semakin meningkat. Tetapi banyak Muslim yang sebelumnya hanya memiliki hubungan nominal dengan iman, belajar hukum Islam sedikit demi sedikit dan terkadang hanya setelah melakukan kesalahan yang tidak dapat diperbaiki," tulisnya.