Nasionalis pejuang
Waktu itu, Oei mulai berguru pada Haji Rasul atau Syekh Abdul Karim Amrullah. Dari ayahanda Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tersebut, dirinya mendapatkan nama baru, Abdul Karim. Nama lengkapnya menjadi Abdul Karim Oei Tjeng Hien. Masa-masa di Bengkulu membentuk Oei menjadi pribadi yang cinta Tanah Air dan antipenjajahan.
Pada 1938, Sukarno diasingkan Belanda ke Bengkulu. Periode pengasingan sang penyambung lidah rakyat Indonesia itu menjadi berkah tersendiri untuk kaum nasionalis di daerah tersebut.
Sebab, mereka kian meningkatkan soliditas pergerakan sejak itu. Abdul Karim Oei pun bersahabat baik dengan pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI) itu, sebagaimana persahabatannya dengan Buya Hamka.
Semasa Bung Karno diasingkan ke Bengkulu, Oei pernah diusulkan menggantikan konsul Muhammadiyah Kota Bengkulu. Saran itu datang dari mertua Bung Karno, Hassan Din.
Sebab, konsul sebelumnya sedang sakit parah. Oei sempat menolak tawaran ini karena enggan meninggalkan warga Muhammadiyah di Bintuhan. Namun, Bung Karno kemudian meyakinkannya sembari mengajak bekerja sama.