Kamis 15 Jul 2021 07:30 WIB

Sosok: Abdul Abdul Karim Oei (Bagian Kedua)

Nama Haji Abdul Karim menjadi figur penting dalam dakwah Islam di Indonesia.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Jamaah Masjid Lautze 2 Bandung menjalankan ibadah shalat Jumat di masjid, Jl Tamblong, Bandung, Jumat (16/10). Setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar pertama di Kota Bandung dibuka kembali masjid ini kembali melayani shalat Jumat dengan menerapkan protokol kesehatan.Selain ibadah rutin, masjid ini memberikan bimbingan rutin kepada mualaf yang kebanyakan berasal dari etnis tionghoa.
Foto:

Nasionalis pejuang

Waktu itu, Oei mulai berguru pada Haji Rasul atau Syekh Abdul Karim Amrullah. Dari ayahanda Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tersebut, dirinya mendapatkan nama baru, Abdul Karim. Nama lengkapnya menjadi Abdul Karim Oei Tjeng Hien. Masa-masa di Bengkulu membentuk Oei menjadi pribadi yang cinta Tanah Air dan antipenjajahan.

Pada 1938, Sukarno diasingkan Belanda ke Bengkulu. Periode pengasingan sang penyambung lidah rakyat Indonesia itu menjadi berkah tersendiri untuk kaum nasionalis di daerah tersebut.

Sebab, mereka kian meningkatkan soliditas pergerakan sejak itu. Abdul Karim Oei pun bersahabat baik dengan pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI) itu, sebagaimana persahabatannya dengan Buya Hamka. 

Semasa Bung Karno diasingkan ke Bengkulu, Oei pernah diusulkan menggantikan konsul Muhammadiyah Kota Bengkulu. Saran itu datang dari mertua Bung Karno, Hassan Din.

Sebab, konsul sebelumnya sedang sakit parah. Oei sempat menolak tawaran ini karena enggan meninggalkan warga Muhammadiyah di Bintuhan. Namun, Bung Karno kemudian meyakinkannya sembari mengajak bekerja sama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement