Dalam pandangannya, membangkitkan taraf ekonomi mereka merupakan suatu keharusan, tak kalah penting dengan memupuk iman dan akidah dalam dada mereka. Jika perekonomian sudah cukup mapan, menurutnya, masyarakat pun akan kian mudah belajar dan mencerna berbagai pengetahuan agama.
Sebaliknya, jika kondisi ekonominya masih tidak karuan, mereka akan menjadi sasaran empuk proyek-proyek agitasi atau penyelewengan akidah Islam. Dan, tidak sedikit fakta yang membuktikan, faktor ekonomi banyak menjadi lokus utama agenda pemurtadan Muslimin.
Persis seperti namanya sendiri, Kiai Arief dikenal sebagai seorang figur publik yang bijaksana. Ia lahir pada 20 Rabiul Awal 1337 H/1917 M di Desa Beratkulon, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Keluarga tempatnya berasal hidup bersahaja dan sangat religius.
Ayahnya merupakan seorang ulama bernama Kiai Hasan. Adapun ibunya ialah Nyai Sholihah, seorang putri ahli tarekat bernama Mbah Mahmud. Di kampungnya, Kiai Hasan termasuk mubaligh yang sangat dihormati masyarakat setempat.