Rabu 21 Jul 2021 21:28 WIB

KH Arief Hasan Peduli dengan Nasib Petani (I)

KH Arief Hasan memelopori berdirinya Persatuan Petani NU (Pertanu).

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi  petani membawa bawang merah di Brebes, Jawa Tengah

Sejak kecil, Arief sangat tekun belajar. Ia mempelajari dasar-dasar agama Islam dari ayahnya sendiri. Selain itu, dirinya juga berguru kepada sang kakek, Mbah Mahmud. Saat berusia 16 tahun atau tepatnya pada 1933, Arief muda melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Tebuireng.

Sang pengasuh Tebuireng, KH Hasyim Asy'ari, menempatkan Arief di sebuah gotakan bersama santri-santri alim dan dituakan. Seorang di antaranya adalah Kiai Salim Kertosono. Di bawah pengawasan Kiai Salim-lah, pemuda tersebut mempelajari berbagai ilmu pesantren. Ia hafalkan nazam-nazam kitab gramatikal Arab, seperti Imrithi, Amtsilah at Tasrifiyah, Alfiyah Ibnu Malik, dan lain lain.

Ia memang sangat menggemari kitab-kitab nazam. Bahkan, lelaki ini menghafalkannya. Tak berhenti di sana, dirinya pun mulai rutin melatih memorinya agar dapat menjadi tahfiz Alquran 30 juz. Dengan penuh ketekun an, ia pun mampu meram pungkan hafalan Alquran dalam tempo relatif singkat, sekira enam bulan. 

Selain mengaji, Ia juga turut membantu keperluan keluarga Kiai Hasyim Asy'ari. Selepas melaksanakan shalat malam, Arief kerap menuju rumah gurunya itu untuk mencuci piring kotor, menimba air sumur, dan mengisi bak mandi yang akan dipergunakan sang hadratus syekh dan keluarganya. Ia pun kerap dipanggil untuk memijat gurunya tersebut.

Dengan pengabdiannya tersebut, Arief muda memiliki kedekatan personal dengan Kiai Hasyim Asy'ari. Ia melihat dari dekat akhlak dari sosok orang alim pendiri NU itu. Tak heran jika kelak dirinya pun mengikuti jejak langkah keteladanan kakek KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement