Rabu 21 Jul 2021 21:36 WIB

KH Arief Hasan Peduli dengan Nasib Petani (II-Habis)

KH Arief Hasan memelopori berdirinya Persatuan Petani NU (Pertanu).

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.
Foto:

Sebagai seorang pengasuh pesantren, Kiai Arief menyadari bahwa proses mencari dan mengamalkan ilmu tentu tak pernah sepi dari aral melintang.

Jika tidak rajin-rajin memberikan motivasi, ia khawatir para santri akan cepat menyerah. Dalam mendidik mereka, ia pun sangat tegas.

Rupanya, pola didikan Kiai Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Tebuireng begitu membekas dalam dirinya. Kiai Arief turut menerapkan gaya kepemimpinan Mbah Hasyim di Pesantren Roudlatun Nasyi'in. Tak jarang, santri-santrinya terkena sanksi karena keteledoran mengaji.

 Setelah Kiai Arief wafat, kepengasuhan Pesantren Roudlatun Nasyi'in diamanatkan kepada putranya, Gus Arifin, yang dibantu kedua saudaranya, Gus Irfan dan Ning Arifah. Dengan keteguhan hati dan dukungan dari segenap keluarga dan kolega Kiai Arief, Gus Arifin optimistis menyongsong perubahan gemilang bagi kelangsungan pondok pesantren tersebut. Tradisi membaca kitab kuning yang diwariskan Kiai Arief tetap dipertahankan.

Bagaimanapun, kebaruan tetap ada. Ini didasari optimisme bahwa penguasaan ilmu agama harus diimbangi dengan pemahaman disiplin keilmuan umum kontemporer. Sebagai contoh, para santri tidak melulu harus menguasai bahasa Arab saja, tetapi juga bahasa Inggris. Keahlian dalam bahasa asing tersebut juga dianggap penting sebagai bekal mereka dalam mencapai cita-cita di era modernisasi dan globalisasi.

Karena itulah, pondok Pesantren Roudlatun Nasyi'in kini tidak cuma berisi ilmu keagamaan, tetapi juga ilmu bahasa. Pelan namun pasti, kini lembaga tersebut merajut identitas menjadi pesantren modern. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement