Selasa 27 Jul 2021 18:45 WIB

Rencana Transit untuk Umroh Bisa Picu Pembengkakan Biaya 

Belum ada kepastian dari Arab Saudi terkait skema umroh luar negeri

Belum ada kepastian dari Arab Saudi terkait skema umroh luar negeri. Ilustrasi tawaf di Masjidil Haram
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Belum ada kepastian dari Arab Saudi terkait skema umroh luar negeri. Ilustrasi tawaf di Masjidil Haram

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Kerajaan Arab Saudi telah membuka penerbangan bagi jamaah umroh internasional mulai 10 Agustus 2021. Bagi jamaah yang masuk sembilan negara dengan kasus Covid-19 masih tinggi harus karantina selama 14 hari. 

Pemilik Travel Taqwa Tours, Rafiq Jauhary, mengatakan  skenario umroh melalui negara ketiga masih wacana. Skenario ini masi dibahas tour planner dan pihak-pihak terkait. 

Baca Juga

"Skenario itu barulah wacana, adapun teknisnya masih menjadi perbincangan para tour planner tentang berbagai kemungkinan yang ada," katanya.  

Namun, setidaknya, kata Rafiq, akan ada pembengkakan biaya pada masa karantina berkisar minimal 700 dolar AS (tergantung paket hotel yang digunakan karantina). Dengan rincian biaya karantina sehari sebesar USD 50. "Nilai itu estimasi biaya karantina saja. Jika per hari USD 50 maka untuk 14 hari menjadi 700 dolar AS," katanya. 

Jadi, kata dia, biaya sebesar 700 dolar AS itu belum lagi dengan asuransi kesehatan, test PCR tambahan, tiket transit dan hal tak terduga lainnya. Maka dari itu biaya umroh ibadah umroh itu pasti akan naik. 

Meski demikian, kata Rafiq, yang juga pembimbing ibadah haji dan umrah ini juga tak mau merinci berapa biaya kenaikannya. Apalagi di negara mana jamaah akan transit belum bisa ditentukan Arab Saudi maupun Pemerintah Indonesia. 

"Belum tahu, masih terlalu prematur untuk dihitung. Karena negara tujuan transit belum tahu kemana, bagaimana prokes di negara transit juga belum tahu," katanya. 

Menurut, permasalahan yang lain adalah, beberapa negara tetangga juga mem-banned Indonesia, seperti Singapura, Filipina, Brunei dan lainnya. Sementara jika memilih negara lain untuk transit, akan muncul banyak problem lain. "Jadi, hemat kami wacana transit ini tidak realistis," katanya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement