Pada Juli 1947, agresi militer Belanda dapat memukul mundur ke kuatan militer RI di Jawa Barat. KH Noer Alie lantas menghadap otoritas tentara wak tu itu, Jenderal Urip Sumoharjo (sumber lain menyebut: Jenderal Sudirman) di Yogyakarta guna mendapatkan saran.
Saran itu adalah agar sang kiai tetap melanjutkan perjuangan gerilya di Jawa Barat, meskipun tanpa embel-embel tentara nasional. Dengan strategi ini, harapannya Belanda akan mengira para pejuang yang dipimpin KH Noer Alie sebagai rakyat biasa, sehingga memperbesar peluang kemenangan bagi Indonesia.
Sesampainya di Karawang, KH Noer Alie lantas membentuk sekaligus mengomandoi Markas Pusat Hizbullah-Sabilillah untuk Jakarta Raya. Kisah perjuangannya melawan penjajah begitu legendaris sampai sekarang.
Para tentara Belanda begitu sukar menangkapnya. Sampai-sampai, karena itu pula KH Noer Alie dijuluki Belut Karawang-Bekasi.