Syekh Abdurrahman Siddiq tidak hanya berdakwah melalui lisan dan perbuatan, tetapi juga tulisan. Ulama yang lahir pada 1857 M ini telah menulis banyak kitab. Karya- karya tulisnya itu membahas tentang banyak hal keislaman, termasuk akhlak, tasawuf, dan fikih.
Hingga akhir hayatnya, cicit Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tersebut telah menghasilkan sekurang-kurangnya 18 kitab.Melalui tulisan-tulisan itu, dirinya mendakwahkan ajaran Islam di pelbagai daerah yang disambanginya.
Namun, beberapa kitab karangannya tidak sampai pada masa sekarang. Hal itu disebabkan terjadinya agresi militer Belanda pada 1948.
Sebuan pasukan musuh telah memorak-porandakan pula kompleks pesantren yang diasuhnya di Indragiri, Riau.Salah satu sasaran amuk tentara kolonial itu ialah ruangan tempat penyimpanan kitab-kitab karangannya.
Kendati demikian, banyak juga karyanya kitabnya yang terselamatkan karena disembunyikan di rumah-rumah penduduk sekitar pesantren. Apalagi, sebelum agresi militer tersebut, sebagian besar kitabnya telah tersebar di berbagai daerah, seperti Bangka, Riau atau di Kalimantan Selatan.