Senin 09 Aug 2021 05:15 WIB

Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali

Struktur asli masjid ini diyakini telah dibangun sekitar abad ke-13.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali. Masjid Agung Djenne di Mali. Masjid bersejarah ini terbuat dari lumpur.
Foto:

Selama bertahun-tahun, Masjid Agung Djenne telah menjadi pusat kehidupan agama dan budaya Mali serta simbol warisan arsitektur dan identitas budaya Djenne. Masjid ini juga menciptakan rasa komunitas dan komitmen terhadap pelestarian bangunannya.

Pada malam menjelang Crepissage, penduduk Djenne turun ke jalan dalam karnaval yang dikenal sebagai 'La Nuit de Veille', atau 'Malam yang Terjaga', di mana mereka bernyanyi dan menari hingga dini hari.

Saat peluit berbunyi sekitar pukul 05.00 pada hari Crepissage, tim pria muda berlomba di fasad masjid dengan membawa keranjang tanah liat basah untuk dioleskan ke dinding dengan pengawasan sesepuh tukang batu. Sementara wanita membawa air yang dibutuhkan untuk mencampurkan dengan tanah liat dari sungai.

Anak-anak juga ikut ambil bagian. Mereka tidak hanya bermain dan menari di lumpur.

Mereka juga mengangkut keranjang tanah liat untuk membantu para pemuda tersebut. Proses pelapisan ulang ini berlangsung selama hampir lima jam dan selesai selangkah di depan matahari tengah hari yang terik di Gurun Sahara.

Tradisi mereparasi masjid ini dirancang untuk melindungi dinding tanah berbahan lumpur dari masjid itu dari keretakan dan keruntuhan, di samping untuk memastikan bangunan masjid ini bertahan dari musim hujan dan musim panas. 

https://www.middleeastmonitor.com/20210704-discover-the-great-mosque-of-djenne-mali/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement