Pada 1576-1580 setelah kepergian kaum imperialis Portugis, Sultan Baabullah mengganti nama benteng yang didirikan pihak musuh. Semula bernama Nostra Senora del Rosario, bangunan tersebut menjadi Gamlamo. Artinya, kampung besar. Ia kemudian merenovasi dan memperkuat benteng tersebut.
Salah satu kebijakannya adalah mewajibkan setiap bangsa Eropa yang tiba di Ternate untuk melepaskan topi dan sepatu mereka. Selama kepemimpinnya, Sultan Baabullah juga sempat mengunjungi Makassar dan menyelenggarakan pertemuan dengan Raja Gowa, Tunijallo. Ia mengajak Tunijallo masuk Islam dan ikut dalam persekutuan memerangi Portugis.
Namun, penguasa Gowa itu tidak langsung menyutujui ajakan Baabullah. Yang disepakatinya hanyalah ikut da lam persekutuan. Sebagai tanda persahabatan, Sultan Ternate pun menghadiahkan Pulau Selayar kepada Gowa. Ternate saat itu dikenal sebagai sentral perdagangan cengkih di Maluku.
Setelah Portugis takluk, sejumlah pedagang asing akhirnya kembali berdatangan, seperti pedagang Arab, Gujarat, Aceh, Jawa, dan sebagainya. Kesultanan Ternate pun mendapatkan keuntungan yang besar dari datangnya para pedagang tersebut. Dengan semua perjuangannya, Sultan Baabullah telah mengantarkan kerajaan Islam ini ke puncak kejayaan.
(Baca: Sultan Baabullah Pahlawan Islam dari Ternate)