Jumat 20 Aug 2021 23:30 WIB

KH Saleh Lateng, Pejuang Dai dari Blambangan (III)

Kontribusi KH Saleh Lateng untuk Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto:

Pada awal abad ke-20, SI termasuk lokomotif pergerakan Muslimin di Tanah Air dalam melawan penjajahan. Tidak sedikit kalangan kiai atau santri yang turut dalam barisan organisasi yang mulanya bernama Sarekat Dagang Islam itu.

Pada 1913, Kiai Saleh Lateng tercatat pernah memimpin rapat umum SI di Kawedanan Glenmere, Banyuwangi.Ini merupakan bukti ketokohannya yang sentral di jajaran persyarikatan itu, terutama di kawasan Bumi Blambangan. 

Pada akhirnya, sang kiai cenderung berfokus pada membesarkan NU. SI pelan-pelan ditinggalkannya sama sekali. Mulanya, ketika Komite Hijaz dibentuk, KH Saleh Lateng ikut dalam diskusi di lingkungan ulama-ulama Islam tradisionalis.

Bertolak dari komite itu, lahirlah kesepakatan para tokoh untuk membentuk organisasi yang lebih mapan; demikianlah cikal-bakal NU yang berdiri pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926.

Oleh Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Saleh diminta menjadi anggota formatur (muassis-mukhtasar) pembentukan pengurus NU yang pertama. Tugas itu dijalaninya dengan sangat baik dan penuh amanah. 

 

Pengabdian panjang Kiai Saleh Lateng menjadi pelajaran penting khususnya bagi generasi kini tentang bagaimana seharusnya Muslimin bersikap dan berperan dalam mengawal negeri ini.

Sang ulama wafat dalam usia 93 tahun, tepatnya pada malam Rabu, 29 Dzulqo'dah 1371 H atau 20 Agustus 1952 M. Jenazahnya disemayamkan di sebelah mushala, tempat Kiai Saleh Lateng biasa memberikan pengajian kepada santrisantrinya.

Baca Sebelumnya: 

KH Saleh Lateng Pejuang Dai dari Blambangan Bagian Pertama

KH Saleh Lateng Pejuang Dai dari Blambangan Bagian Kedua

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement