Ahad 22 Aug 2021 20:52 WIB

Mengenal Aisyah al-Ba’uniyah

Mengenal Aisyah al-Ba’uniyah

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Mengenal Aisyah al-Ba’uniyah. Foto:  Muslimah shalat. (ilustrasi)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Mengenal Aisyah al-Ba’uniyah. Foto: Muslimah shalat. (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,JAKARTA – Dalam sejarah Islam sangat banyak ulama sufi yang mengajak agar umat Islam cinta dan mendekatkan diri kepada sang Ilahi. Tidak hanya sufi laki-laki, ada juga beberapa ulama sufi perempuan yang mengajarkan tentang konsep Mahabbah (Cinta), diantaranya adalah Aisyah al-Ba’uniyah. Ia adalah seorang sufi perempuan terbesar kedua setelah Rabiatul Adawiyah.

Nama lengkapnya adalah adalah Aisyah binti Yusuf bin Ahmad bin Nashir al-Ba’uni. Nama al-Ba’uniyah dinisbatkan kepada sebuah daerah bernama Ba’un yang berada di kawasan Ajloun, Utara Yordania. Aisyah al-Ba’uniyah lahir di Damaskus pada 865 Hijriah atau 1460 Masehi.

Baca Juga

Ayahnya, Yusuf adalah seorang hakim dari marga Ba’uni di kawasan Safed, Tripoli, Aleppo, dan Damaskus. Ayahanda Aisyah ini juga merupakan seorang ulama, ahli fikih, dan penyair. Dari ayahnya lah Aisyah pertama kali belajar Alqur’an, hadits, fikih, dan sastra. Karena itu, tak heran jika Aisyah sudah bisa menghafal Alqur’an sejak usia delapan tahun.

Dalam buku “Menjalin Ikatan Cinta Allah Swt” terbitan TuROS dijelaskan bahwa kehidupan Aisyah al’Bauniyah tidak seperti kehidupan Rabiatul Adawiyah. Jika Rabiatul memilih lajang seumur hidupnya, Aisyah justru menjadi pendamping hidup seorang alim dari golongan Alawiyun, yaitu Ahmad bin Muhammad bin an-Naqib al-Asyraf.

Pasangan ini melahirkan dua anak, yaitu Abdul Wahab dan Barakah. Sedangkan putrinya meninggal saat berusia tiga tahun. Pada 1513 M, Aisyah dan putranya kemudian berpindah dari Damaskus ke Kairo. Saking alimnya, Aisyah diizinkan untuk mengajar dan bahkan berfatwa. Dari sanalah ia kemudian populer sebagai ahli fikih.

Aisyah kemudian kembali ke kota asalnya pada 1517 M.  Selain dikenal sebagai seorang sufi dan ahli fikih, Aisyah juga dikenal sebagai mursyid taekat Qadiriyah dan penyair sufistik. Sebagai penulis wanita muslim produktif sebelum abad ke-20, Aisyah juga telah menulis belasan buku sepanjang hidupnya.

Sementara itu, sejarawan Ibnu al-Imad al-Hambali menyebut Aisyah al-Ba’uniyah sebagai seorang syaikhah salehah, sastrawan, cendikia, dan wanita tercerdas abad 10 Hijriah. Karena itu, maklum jika UNESCO mengumumkan tahun 2006-2007 sebagai tahun peringatan internasional untuk memperingati 500 tahun kelahiran Aisyah al-Ba’uniyah. Ulama sufi perempuan ini wafat di Damaskus pada 922 Hijriah atau 1517 Masehi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement