Senin 30 Aug 2021 21:21 WIB

KH Chudlori, Ulama Rendah Hati dan Bersahaja (III-Habis)

Di Pesantren API Tegalrejo, KH Chudlori sukses melakukan kaderiasasi ulama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Pesantren API Tegalrejo
Foto:

"Pada saat itu, Gus Dur menyaksikan penduduk kampung yang mendatangi Kiai Chudlori di pesantrennya. Mereka sebelumnya sudah melakukan musyawarah, tetapi belum menemukan titik temu terkait pembagian dana kas desa, ujar Nur Kholik.

Sebagian masyarakat itu, Nur melanjutkan, menginginkan agar dana tersebut digunakan untuk membangun masjid. Sebagian lainnya menghendaki uang itu dipakai untuk membeli alatalat kebudayaan, termasuk gamelan.

Maka kedua belah pihak pun menghadap Kiai Chudlori, yang disaksikan para santri termasuk Gus Dur. Kiai Chudlori pun memberikan pendapatnya. Sang alim menyarankan agar sebaiknya dana itu digunakan untuk membeli gamelan.

Pihak yang pro membangun masjid mendengar itu cukup terkejut dan bingung. Namun, mereka tetap menyimak penuturan sang kiai. 

Menurut Kiai Chudlori, kalau gamelannya sudah ada dan masyarakatnya rukun, nanti dengan sendirinya dana untuk masjid akan ada. Sebab, keadaan warga setempat sudah menjadi kompak sehingga mudah diajak bergotong royong. Dengan kerja sama, pekerjaan apa pun akan terasa ringan, termasuk membangun sebuah masjid yang besar. 

 

Dari cerita tersebut, dapat diambil suatu nilai bahwa Islam tidak hanya simbolik untuk bangunan, tetapi lebih kepada pendekatan nilai-nilai. Apa gunanya masjid berdiri megah, tetapi masyarakatnya terpecah belah dan tak pernah bersatu?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement