Kamis 02 Sep 2021 02:41 WIB

Atlet Senam Jerman dan Diskriminasi Hijab

Pakaian olahraga pesenam wanita Jerman menolak mengenakan bikini.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Muslimah Jerman berunjukrasa di Hamburg, Jerman.
Foto:

Diungkap Malia, tindakan yang diambil oleh atlet Jerman secara simbolis memang menjadi penting. Namun percakapan seputar inisiatif, niat pesenam, dan dampaknya terasa sangat terbatas pada dunia kecil olahraga Olimpiade.

"Padahal ini kesempatan yang terlewatkan untuk memperluas percakapan publik tentang masalah ini, terutama di Jerman, yang selama bertahun-tahun telah menargetkan pilihan pakaian wanita,"tulis Malia.

 

Selama lebih dari 15 tahun, lanjut Malia, wanita Muslim Jerman telah berjuang melawan upaya sistematis oleh otoritas lokal dan negara bagian untuk mendikte apa yang boleh dan tidak boleh mereka kenakan di depan umum. Masuk akal untuk membawa perjuangan panjang ini menjadi perhatian publik Jerman dan berdiskusi jujur tentang bagaimana semua wanita berhak untuk memilih apa yang mereka kenakan. 

 

Ketika Muslim Jerman menghadapi diskriminasi selama beberapa dekade, kata dia, perempuan khususnya mulai merasakan tekanan dari negara pada tahun 2000-an. Pada 2005, otoritas lokal di Berlin mengesahkan Undang-Undang Kenetralan Berlin yang melarang simbol-simbol agama dan pakaian di antara pegawai negeri dan pekerja sektor publik.

 

"Hal itu tentu saja paling mempengaruhi wanita Muslimah yang mengenakan hijab,"tulisnya.

Sejak itu, telah bertahun-tahun perjuangan hukum oleh wanita Muslim atas hak mereka untuk mengenakan cadar di tempat kerja mereka.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement