Jafri menemukan tiga-empat video seperti itu setiap hari. Tetapi hanya dapat memverifikasi satu atau dua yang kemudian dia bagikan di media sosial. Perbedaan agama telah ada di India untuk waktu yang lama, tetapi, para kritikus mengatakan, kekerasan anti-Muslim telah meningkat sejak 2014 di bawah pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi.
"Kekerasan komunal bukanlah fenomena baru-baru ini, tetapi itu tumbuh selaras dengan strategi mereka yang berkuasa dan mobilisasi politik. Ketidakpercayaan itu selalu ada tetapi perpecahan kini dipertajam oleh nasionalisme agama dan etno-nasionalisme," kata Prof Tanvir Aeijaz, yang mengajar ilmu politik di Universitas Delhi.
Prof Aeijaz menjabarkan, serangan terhadap Muslim kelas pekerja, seperti penjahit, penjual buah, tukang listrik, tukang ledeng dan penjual gelang, juga merupakan upaya untuk mengambil kendali ekonomi politik dan pekerjaan melalui nasionalisme agama. Namun, nasionalisme agama, kata Prof Aeijaz, adalah ide berbahaya yang bisa mengarah pada kekerasan sektarian.
"Kesenjangan agama semakin dalam. Ketidakpercayaan semakin dalam. Tapi kebencian juga untuk keuntungan. Idenya untuk menjadikan Muslim sebagai musuh. Proses menciptakan yang lain adalah dengan menyebarkan gagasan bahwa jika kita tidak menghancurkan yang lain, kita akan dihancurkan. Jadi, Anda memicu kebencian, menciptakan ketakutan, dan kekerasan adalah bagian dari narasi yang lebih besar ini," jelasnya.