"Keluarga saya terjebak di sana, bank tutup, saya tidak bisa lagi mengirim uang ke mereka. Mereka akan hidup untuk apa? Bagaimana mereka bisa berbelanja? Dan sekarang, perempuan tidak lagi boleh keluar. Mereka perlu dieksfiltrasi ke Prancis," kata pengungsi tersebut.
Menurut Sadik, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuka pos konsuler baru. Dia berharap Prancis akan mengambil tindakan untuk menghormati komitmennya, untuk menegakkan hukum. Selain itu, pengacara empat pengungsi yang telah mengajukan banding ke Dewan Negara meminta Paris untuk membuat protokol khusus, untuk mengeluarkan izin "laissez-passer" (hak untuk lulus), misalnya.
Dengan demikian, reunifikasi keluarga dapat diperiksa dari Abu Dhabi, tempat Prancis mendirikan jembatan udara dengan Kabul. Antara 16 Agustus dan 27 Agustus, Prancis mengevakuasi 2.600 warga Afghanistan dari Kabul melalui angkutan udara, yang sebagian besar seniman dan aktivis.