Rabu 08 Sep 2021 16:00 WIB

Bahasa Arab Disebut Ciri Teroris, CIIA: Hipotesa Prematur

CIIA menyebut bahasa Arab sebagai ciri teroris merupakan hipotesa prematur.

Rep: Rizky Suryandika/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Bahasa Arab
Foto:

Namun Harits tak heran dengan stigmatisasi semacam ini. Ia mengingat sebelum muncul isu Taliban juga terjadi  kecurigaan yang sama terhadap beberapa lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Alasan salah satunya karena tidak upacara bendara.

"Karena tidak memajang foto Presiden, atau tidak hapal nama parpol maka di curigai berkiblat kepada kelompok teroris. Ini nalar konyol terlalu menyederhanakan masalah, untung tidak mengukur dengan apakah anak didik atau santri hapal nama-nama anggota DPR pusat sampai DPR-D atau nama-nama menteri yang biasa bongkar pasang tiap tahun di negeri ini, sangat menggelikan," ucap Harits.

Sebelumnya, Pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati menilai saat ini banyak sekolah di Indonesia yang mulai berkiblat ke Taliban yang dia anggap sebagai organisasi radikal. Dia menyebutkan ciri-ciri sekolah dan para gurunya yang mulai berkiblat ke Taliban atau ke radikalisme, diantaranya tidak mau hafal nama-nama Partai Politik 

 

“Mereka tak mau pasang foto presiden dan wapres. Lalu mereka tak mau menghafal menteri-menteri, tak mau menghafal parpol-parpol,” ujar Susaningtyas dilansir di Progam Crosscheck yang disiarkan di akun YouTube, dikutip Rabu (8/9). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement