IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Mansoor Shams menjabat sebagai Marinir AS ketika serangan 9/11 mengguncang dunia. Ia pun menyampaikan pengalaman diskriminasinya setelah AS menyatakan perang melawan teror.
Banyak orang entah bagaimana mungkin ingat di mana mereka berada, apa yang mereka lakukan, dan bagaimana perasaan mereka ketika 19 teroris yang berafiliasi dengan Al Qaeda menabrak Menara Kembar dengan pesawat mereka yang dibajak pada 11 September 2001.
Seperti kebanyakan orang AS, peristiwa itu tetap terukir dalam ingatan Syams. Tetapi pada tahun-tahun berikutnya, dia harus membayar harga yang lebih mahal yakni keyakinan Muslimnya membuatnya mengalami diskriminasi dan rasisme.
"Seperti kebanyakan orang Amerika, saya marah. Saya kesal. Amerika adalah rumah saya. Ketika negara Anda diserang, itu menyakitkan. Dan saya kebetulan seorang Marinir. Saya kebetulan lahir di negara yang berbatasan dengan Afghanistan," ucap Syams dilansir dari TRT World, Jumat (10/9).
Lahir di Pakistan, Syams datang ke AS pada usia 6 tahun. Dia dibesarkan di Maryland dan menghabiskan masa remajanya dengan mendukung patriotisme Amerika. Keterikatannya terhadap gagasan Amerika membawanya untuk membuat keputusan yang sulit pada usia 18 tahun, satu tahun sebelum tragedi 9/11. Dia memilih untuk melayani sebagai Marinir AS.