Senin 20 Sep 2021 18:41 WIB

AGH Muhammad Thahir Lapeo Sang Pembaru di Mandar (II)

Imam Lapeo pun turut berkontribusi dalam perjuangan melawan penjajah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Di Masjidil Haram, putra daerah Mandar ini mengaji beragam disiplin keislaman, semisal fikih, tafsir Alquran, hadis, kalam, dan lain-lain.

Perjalanannya ke Makkah dimulai pada 1886. Ia tinggal di kota kelahiran Nabi Muham mad SAW itu beberapa tahun lamanya. Di antara guru- gurunya selama di Tanah Suci adalah Syekh Muhammad Ibna. Dalam beberapa literatur, juga disebutkan bahwa ia pernah belajar hingga ke Istanbul, Turki. Karena itu, gelarnya ialah Kanne Tambul, 'sang kakek dari Istanbul.'

Begitu kembali ke Tanah Air, ia tetap meneruskan rihlah intelektualnya. Imam Lapeo tercatat pernah berguru pada sejumlah alim di Pare- pare, termasuk al-Yafii. Perja lanannya juga sampai ke Jawa dan Madura.

Bahkan, dirinya pernah menimba ilmu dari Syaikhona KH Kholil Bangkalan. Beberapa sumber menyebutkan, kota-kota lain yang pernah disinggahinya dalam rangka menuntut ilmu-ilmu agama ialah Temasek (Singapura) dan Melaka. 

 

Pada saat berusia 27 tahun, Imam Lapeo dijodohkan oleh seorang gurunya, Sayyid Alwi Jamaluddin bin Sahil. Ulama besar asal Yaman itu menikahkannya dengan seorang gadis bernama Hagiyah. Perempuan ini lalu berganti nama menjadi Rugayyah. Sejak itulah, nama Imam Lapeo pun diganti oleh Sayyid Alwi men jadi Muhammad Thahir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement