Gus Ud merupakan seorang tokoh kharismatik yang diyakini sebagai seorang wali. Dia sering dikunjungi olah sejumlah ulama untuk meminta doa. Di rumah Gus Ud inilah untuk pertama kali nya Gus Miek bertemu KH Ahmad Siddiq yang di kemudian hari menjadi orang kepercayaannya dan sekaligus besannya.
Kebiasaan Gus Miek pergi ke luar rumah menggelisahkan orang tuanya. Akhirnya, ayahnya memintanya untuk nyantri ke Lirboyo, Kediri, di bawah asuhan KH Machrus Ali yang kelak begitu gigih menentang tradisi sufinya.
Di Lirboyo, Gus Miek bertahan hanya 16 hari dan kemudian pulang ke Ploso. Ketika sadar orang tuanya resah akibat kepulangannya, Gus Miek justru akan menggantikan seluruh pengajaran ngaji ayahnya, termasuk mengajarkan kitab Ihya Ulumiddin.
Namun, beberapa bulan kemudian, Gus Miek kembali ke Lirboyo. Ketika masih di pesantren ini, pada usia 14 tahun Gus Miek pergi ke Magelang, nyantri di tempat KH Dalhar Watucongol, mengunjungi Mbah Jogoreso Gunungpring, KH Arwani Kudus, KH Ashari Lempuyangan, KH Hamid Kajoran, dan Mbah Benu Yogyakarta.
Setelah itu, Gus Miek pulang lagi ke Kediri. Di Ploso, di tempat pesantren ayahnya, Gus Miek kemudian minta dinikahkan dan akhirnya ia menikah dengan Zaenab, putri KH Muhammad Karangkates. Tapi, pernikahan ini berakhir dengan perceraian.