Kamis 23 Sep 2021 20:35 WIB

Gus Miek Pendakwah yang Diterima Banyak Kalangan (I)

Keunikan Gus Miek sudah tampak sejak kecil.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Pada awalnya Gus Miek mendirikan Jamaah Mujahadah Lailiyah pada 1962. Sampai pada 197,1 jamaah yang dirintis Gus Miek ini sudah cukup luas. Jamaah Mujahadah Lailiyah yang dibangunnya kemudian berkembang menjadi dzikrul ghafilin (peng ingat mereka yang lupa).

Gus Miek merupakan seorang hafiz atau penghafal Alquran. Karena, bagi Gus Miek, Alquran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Alquran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan.

Karena itu, di samping mengorganisasi dzikrul ghafilin, Gus Miek juga mengorganisasi sema'an Alquran pada 1986. Beberapa bulan kemudian sema'an ini dina makan Jantiko. Pada 1987 sema'an Alqur an Jantiko pun mulai dilakukan di Jember. Dibandingkan dzikrul ghafilin, jamaah Jantiko ini lebih cepat berkembang.

Pada 1989 Jantiko kemudian diubah namanya menjadi Jantiko Mantab atau Jantiko mantaba. Ada juga yang mengartikan Mantab sebagai Majlis Nawaitu Tapa Brata. Dikatakan juga man taba itu berarti siapa bertobat. Jantiko Mantab ini kemudian berkembang ke berbagi daerah.

Perjuangan Gus Miek dengan dzikrul ghafilin, sema`an Alquran, dan tradisi sufinya ke tempat-tempat diskotek, tempat perjudian, dan lain-lain sangatlah tidak mudah. Di tengah-tengah jamiyah NU yang telah membakukan tarekat mu'tabarah, tradisi sufi Gus Miek mendapatkan perlawanan. Bahkan, penentangan datang dari orang yang sangat terkenal, sekaligus pernah menjadi gurunya di Lirboyo, yaitu KH Machrus Ali.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement