Ahad 10 Oct 2021 19:30 WIB

Gus Baha Sosok Pemimpin yang Dirindukan PBNU

Gus Baha masuk dalam daftar nama calon Ketua Umum PBNU.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Nahdlatul Ulama

Berdasarkan temuan survei Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), perolehan dukungan Gus Baha menempati urutan keempat dari delapan tokoh. "KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha 12,4 persen," kata Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam dalam keterangannya, Jumat (8/10).

Perolehan dukungan Gus Baha itu sedikit di bawah Ketua Umum PBNU yang kini menjabat, Said Aqil Siradj. Menurut survei, Said mendapat dukungan sebesar 14,8 persen. Sementara itu, dukungan tertinggi diperoleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Marzuki Mustamar dengan 24,7 persen. Di urutan kedua ada mantan Ketua PWNU Jatim, Hasan Mutawakkil Alallah dengan 22,2 persen.

Kemudian, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf bertengger di posisi kelima dengan perolehan suara 3,7 persen. Di posisi keenam ada Ketua PBNU Marsudi Syuhud dengan perolehan dukungan 1,2 persen. Lalu, dengan perolehan suara yang sama yakni 1,2 persen, Ahmad Fahrur Rozi Burhan dan Ali Maschan Moesa berada di urutan ketujuh. Sisanya, sebanyak 18,15 persen, menjawab tidak tahu atau tidak menjawab. 

Ketua STAI Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Abdul Ghofur Maimun mengatakan, terdapat beberapa karakteristik idaman yang diharapkan ada dalam pribadi pemimpin selanjutnya. 

“Kalau ditanya yang diinginkan tentu kami ingin ketua yang memiliki jiwa nasionalis, memiliki kemampuan untuk membangun relasi dengan dunia internasional, ilmu agama yang kuat, dekat dengan masyarakat, wajahnya merepresentasikan citra Nahdlatul Ulama, dan memiliki hubungan yang baik di tingkat pemerintah maupun internasional,” ujar putra kelima mendiang KH. Maimoen Zubair itu kepada Republika. 

“Itu idealnya, tapi tentu akan sulit untuk memiliki seluruhnya. Jadi setidaknya ketua umum selanjutnya dapat memiliki beberapa sikap dari sosok yang diharapkan publik tadi,” sambung ulama yang akrab disapa Gus Ghofur itu. 

Menurutnya, sebagai organisasi keagamaan yang besar dan memiliki anggota yang beragam, PBNU perlu dipimpin oleh pemimpin yang dapat menengahi seluruh perbedaan dan mampu berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, disamping pemerintah dan jaringan internasional. PBNU, kata dia, juga memerlukan pemimpin yang memiliki latar belakang dan minat yang tinggi pada pendidikan, merujuk pada masih kurangnya pengembangan lembaga pendidikan PBNU.  

“Diharapkan juga ketum selanjutnya dapat lebih fokus mengembangkan pendidikan sehingga jangan sampai ketum ini tidak memiliki pengalaman atau latar belakang di ranah pendidikan,” harapnya. 

  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement