Prof Nasaruddin mengatakan, kader ulama yang mengikuti program ini nanti dapat menjadi pemimpin atau imam besar di daerahnya masing-masing, serta menjadi pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau pimpinan pondok pesantren.
Apalagi, kata dia, pada masa Covid-19 ini banyak sekali ulama yang telah meninggal dunia. Karena itu, dia berharap para kader ulama yang mengikuti program ini nantinya diharapkan menjadi pengganti para ulama yang telah wafat tersebut.
“Mereka akan menajdi pengganti ulama-ulama yang banyak meninggal. Karena ada sekitar 700 orang ulama meninggal di zaman covid-19,” ucapnya.
Rektor PTIQ ini menjelaskan, pengkaderan ulama perempuan sendiri merupakan program pertama di dunia. Karena itu, menurut dia, program ini juga mendapat dukungan dari Universitas Al Azhar Mesir.
“Jadi ulama itu selama ini yang banyak hanya laki-laki. Jadi kita akan mencetak ulama perempuan. Ini yang pertama di dunia. Makanya dukungan Al Azhar itu bagus sekali program ini,” kata Prof Nasaruddin.