IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Afghanistan mengalami kemerosotan ekonomi paling serius sejak 1990-an. Kondisi diperparah dengan pembekuan bantuan dari luar negeri.
"Ada jutaan orang yang akan kelaparan dan akan datang musim dingin. Apalagi sedang Covid-19," kata salah satu staf dari UNICEF Omar Abdi dikutip dari beta.ctvnews.ca pada Senin (11/10).
Kemudian, ia melanjutkan di rumah sakit anak-anak utama di Kabul, staf mondar-mandir di bangsal yang penuh dengan bayi kekurangan gizi. Ini adalah sistem secara keseluruhan yang berada di ambang kehancuran.
Ia menambahkan mata uang Afghanistan telah jatuh nilainya. Penarikan tunai mingguan dibatasi hingga dua ratus dolar dan tabungan tidak dapat diakses. Hanya dalam satu bulan, harga gas melonjak 60 persen di seluruh negeri, sementara harga sekantong tepung melonjak 40 persen.
Bahkan sekaleng kacang sederhana mengalami kenaikan harga setinggi 30 persen. Orang-orang menjual karpet dan barang-barang rumah tangga lainnya untuk membeli makanan, dengan banyak orang tua yang tidak makan sehingga anak-anak mereka dapat makan.