Selasa 19 Oct 2021 02:41 WIB

Program Deradikalisasi Tawarkan Kebebasan Tahanan Maroko

Maroko tawarkan kebebasan bagi tahanan yang jalani program deradikalisasi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Maroko

Pada 2001, dia meninggalkan Italia dan pindah bersama keluarganya ke Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban. Namun serangan 11 September di Amerika Serikat (AS) memaksanya untuk mengubah rencananya.

Dengan ancaman AS untuk menyerang dan menggulingkan Taliban, dia melarikan diri ke Maroko dan segera ditangkap. 

Maroko disebut memiliki pengalaman menyakitkan dengan kekerasan di dalam dan luar negeri. Pada 2003, lima serangan bunuh diri menewaskan 33 orang dan melukai puluhan lainnya di ibu kota ekonomi Casablanca.

Lima belas tahun kemudian, dua turis Skandinavia dibunuh oleh militan terkait ISIS selama perjalanan hiking di pegunungan High Atlas. Sementara menurut angka resmi yang diterbitkan Februari, Dinas keamanan telah membongkar lebih dari 2.000 sel ekstremis, dan melakukan lebih dari 3.500 penangkapan terkait terorisme sejak 2002.

Pejabat DGAPR Moulay Idriss Agoulmam mengatakan, pada 2015, pihak berwenang Maroko meluncurkan Moussalaha sebagai bagian dari pendekatan baru terhadap para tahanan. "(Program) termasuk memantau para peserta dan membantu mereka yang membutuhkan bimbingan", kata dia. 

Ini juga mencakup studi tentang hukum dan ekonomi, serta pendampingan psikologis tiga bulan. Sejauh ini telah mencapai 207 tahanan, termasuk delapan wanita.  Sekitar 116 telah menerima pengampunan kerajaan dan telah dibebaskan, sementara 15 telah dikurangi masa jabatannya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement