Jumat 05 Nov 2021 14:56 WIB

Kebahagiaan Menyambut Maulid Nabi

Ustazah-Ustazah dari berbagai wilayah di DKI Jakarta berkumpul

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Maulid Nabi di Graha Assuryaniyah, Jumat (5/11)
Foto:

Penceramah lainnya yang mengisi kegiatan Maulid ini adalah Ustaz Sya'roni Mardani. Ia membagikan tentang betapa mulianya nama Nabi Muhammad SAW.

"Nabi Muhammad SAW tidak hanya dimuliakan dirinya, tapi juga namanya. Setiap orang yang melafazkan syahadat, nama-Nya ikut dimuliakan," kata dia.

Sebelum Nabi Muhammad, Allah SWT juga memuliakan mereka. Namun, dalam Alquran hanya Rasulullah yang disebut selain menggunakan nama-Nya. Dalam 14 ayat di Alquran, Allah SWT menyebut Nabi Muhammad dengan sebutan lain, seperti 'Ya ayyuhar Rosul' atau 'Ya ayyuhan Nabi'.

Sebelum melakukan hijrah, para Sahabat kerap memanggil Rasul dengan sebutan 'Ya Muhammad'. Namun setelah hijrah ke Madinah, Allah SWT mengeluarkan teguran sehingga para sahabat memanggil Nabi dengan sebutan 'Ya Rasulullah' atau 'Ya Nabi Allah'.

Dari Jabir RA, ketika Nabi SAW naik ke mimbar disetiap anak tangga akan mengucapkan 'aamiin'. Hal ini pun ditanyakan oleh sahabat kepada Beliau.

Nabi Muhammad SAW menjawab, "Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata, 'Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni'. Maka Aku pun berkata, 'Aamiin'".

Di anak tangga kedua, Ustaz Sya'roni menceritakan Jibril kembali berkata, "Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga". Karena itu, Nabi juga kembali mengucapkan kata 'aamiin'.

Kemudian, di anak tangga mimbar terakhir, Jibril berkata, "Celakalah seorang hamba, jika nama-Mu disebutkan tapi dia tidak bershalawat untuk-Mu. Maka Nabi Muhammad pun berkata, "Aamiin".

Berdasarkan hadis riwayat Imam Tirmidzi, Nabi SAW pernah bersabda, "Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku".

Terkait kegiatan Maulid Nabi ini, Ketua Majlis Mudzakaroh Ustazah Qotrunnada Syathiry menyebut kegiatan Maulid seperti ini merupakan agenda tahunan. Berbeda dari kegiatan sebelumnya, di tengah pandemi ini acara Maulid Nabi dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) dan jumlah yang terbatas.

"Karena masih pandemi, yang kita undang terbatas. Protokol kesehatan tetap kita ikuti, menghormati aturan dari pemerintah. Ini untuk silaturahim internal saja," kata dia.

Agenda yang diselenggarakan kali ini merupakan permulaan untuk majelis maulid. Beberapa hari ke depan akan diadakan majelis maulid serupa, di beberapa titik dan lokasi berbeda.

Majlis Mudzakaroh disebut sempat berhenti total selama satu tahun, saat awal masa pandemi. Namun seiring berlakunya PPKM dan kelonggaran yang ada, majelis tatap muka kembali dibuka meski intensitasnya belum kembali seperti semula.

Tak hanya dari anggota pengurus Majlis Mudzakaroh, hadir dalam kegiatan Maulid ini dari Kajian Muslimah Assuryaniyah. Kelompok ini baru berjalan tiga tahun, didirikan oleh Ustazah Nada, dengan anggota kebanyakan berusia muda.

"Untuk kajian, kisaran umurnya 18 sampai 55, bahasannya lebih santai. Saya melihat ada kebutuhan mereka yang sedang senang dengan kajian. Penyampaian bahasannya dengan bahasa yang ringan dan relate dengan kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Selain berusaha merangkul dan melanjutkan estafet dakwah sang Ibunda, Ustazah Nada berusaha untuk menyediakan wadah bagi generasi muda. Ia berupaya mengubah mindset anak muda akan majelis dan pengajian, yang biasanya terkesan tua dan ada jarak (gap).

Pandemi Covid-19 disebut membawa hikmah, dimana banyak yang mengajak ia membuka kajian secara daring. Tak hanya dari wilayah Jakarta, beberapa peserta kajian ini banyak pula yang berasal dari luar Pulau Jawa.

"Sekarang remaja putri sudah banyak yang menyukai pengajian. Jangan sampai mereka salah langkah. Maka saya coba masuk di tengah semangat mereka," kata dia.

Untuk ke depannya, ia memiliki target berkembangnya majelis-majelis baru dengan komunitas muda. Selain itu, Majelis Mudzakaroh yang telah ada sebelumnya diharap lebih dikembangkan dan banyak pemimpin majelis yang bergabung. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement