Jumat 05 Nov 2021 20:43 WIB

Brazil Mulai Garap Wisata Halal

Kota Foz do Iguau, Brazil dibidik menjadi destinasi wisata ramah Muslim

Rep: Meiliza Laveda, Dedy Darmawan, Fauziah Mursid/ Red: Agung Sasongko
 Muslim Brazil saat melaksanakan shalat jamaah di salah satu masjid di Rio de Janeiro.
Foto:

Pemahaman

Pengamat Pariwisata, Ronald Rulindo mengakui  tantangan utama untuk memahamkan pariwisata halal datang dari tingkat pemahaman masyarakat sendiri. "Jangankan bagi non-Muslim, kita yang sesama Muslim juga masih sering berbeda pendapat soal wisata halal," kata Ronald kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Ronald menegaskan, wisata halal semestinya dipahami sebagai wisata yang memudahkan umat Islam untuk berwisata. Sebagai contoh, mendapat kemudahan dalam mengakses tempat peribadatan ketika berwisata di suatu destinasi.

Lebih jauh, ia menilai, diperlukan adanya sertifikasi yang memastikan suatu produk halal untuk memberikan jaminan. Hal ini sebetulnya amat dibutuhkan bagi wisatawan mancanegara.

"Misal ketika kita di suatu daerah ingin makan makanan halal, mudahnya mencari masakan padang. Tapi bagi turis seperti dari Timur Tengah, mereka tidak paham itu. Ketika rumah makan padang ingin disertifikasi, merasa tersinggung karena sudah pasti makanan itu halal. Ini tantangannya," kata dia.

photo
Syarat Mendapat Sertifikasi Halal Gratis - (republika.co.id/antara)

Tantangan selanjutnya, Ronald menyampaikan, infrastruktur untuk mendukung industri pariwisata halal juga butuh dukungan. Bukan hanya soal infrastruktur jalan, namun fasilitas-fasilitas mendasar yang menunjang kebutuhan Muslim.

Ia menilai, saat ini masih terdapat kesenjangan tinggi antara infrastruktur wisata halal di kota-kota besar dan daerah. "Misal di pusat perbelanjaan, tempat ibadah saat ini sudah bagus-bagus. Tapi di daerah belum tentu. Mungkin harus ke masjid, tapi masjid yang ada, toiletnya bermasalah. Ini juga masih jadi pekerjaan rumah," katanya.

Tantangan terakhir yakni soal pengemasan dan strategi promosi wisata halal itu sendiri. Ronald mencontohkan turis-turis timur tengah yang berwisata ke Malaysia sangat mudah memperoleh informasi seputar pariwisata. Sementara di Indonesia dengan wilayah yang sangat besar, akses informasi masih harus dibenahi sehingga memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

"Baik dengan travel agent maupun sendiri, mereka mudah mendapatkan informasi. Di Indonesia, itu masih sulit," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement