IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Timur Tengah dan Afrika Utara adalah wilayah yang kaya akan warisan budaya dengan banyak tradisi dan praktik yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, ketika dunia menjadi lebih mengglobal dan tren budaya menjadi lebih seragam, sejumlah tradisi mulai menghilang.
Badan kebudayaan PBB, Unesco telah berupaya untuk melindungi praktik-praktik tertentu dengan menambahkannya ke Daftar Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan, dengan harapan bahwa hal itu akan menyoroti pentingnya praktik-praktik tersebut dan mendorong pelestariannya.
Di lansir dari Middle East Eye, Kamis (11/11), Unesco memilih tujuh tradisi Timur Tengah yang telah masuk dalam daftar dan terus menjadi bagian dari susunan budaya kawasan itu.
1. Majelis
Jika Anda pernah diundang ke sebuah majelis kemungkinan besar Anda adalah orang yang sangat dihormati dan dihargai. Majelis adalah area tempat duduk, yang secara tradisional berkarpet dan memiliki bantal di lantai untuk anggota komunitas duduk.
Teh atau kopi Arab akan disuguhkan untuk menjamu para anggota majelis dalam perbincangan sepanjang malam. Di beberapa bagian wilayah, majelis juga diadakan di luar ruangan, dengan api unggun yang menyala di tengah untuk menghangatkan badan.
Konsep Majelis pada awalnya dimaksudkan untuk memungkinkan penduduk setempat berkumpul dan mendiskusikan hal-hal yang menyangkut atau berdampak pada mereka. Ini juga merupakan tempat di mana Anda dapat menerima tamu, bersosialisasi, dan dihibur.
Fungsi majelis tetap sama selama berabad-abad, yakni untuk mengadakan pernikahan, menyelesaikan masalah dan mendiskusikan berbagai urusan. Saat ini, majlis juga digunakan untuk menyelenggarakan acara dan kompetisi puisi serta hiburan ringan seperti konser dan pesta skala kecil.
Sebuah majelis tetap menjadi bagian penting dari budaya Timur Tengah, terutama karena berfungsi sebagai ruang di mana warisan lisan dan pengetahuan diturunkan. Anak-anak sering menemani orang tua mereka ke majelis, memungkinkan mereka untuk menjadi akrab dengan tradisi dan memahami nilai-nilai masyarakat.
2. Budaya dan Tradisi Kopi Turki
Kopi dianggap sangat serius di Turki. Proses membuat, menuangkan, dan meminumnya diatur oleh aturan dan kebiasaan, yang sebagian besar tetap sama selama berabad-abad. Kopi juga memainkan peran penting dalam pernikahan, acara sosial dan pertemuan.
Hampir setiap daerah di Turki mengonsumsi kopinya secara berbeda. Sebagian besar disajikan dalam cangkir kecil, dengan segelas air yang menyertainya. Beberapa ada yang memilih untuk meminumnya dengan tambahan susu, ada juga yang disajikan pahit, dan beberapa lainnya diberikan sedikit gula.
Mula-mula biji kopi harus ditumbuk halus dicampur dengan air dan sedikit gula dalam cezve atau kanaka, yaitu panci tembaga atau kuningan yang digunakan untuk menyeduh minuman di atas kompor. Kemudian diaduk perlahan sampai lapisan busa tipis keluar di atasnya. Busa kopi kemudian dipindahkan ke cangkir, dengan sisa kopi dituangkan di atasnya segera setelah itu.
Dalam beberapa tradisi pernikahan Turki, seorang calon pengantin akan menguji temperamen calon suaminya dengan menyajikan secangkir kopi penuh garam. Jika dia bisa meminumnya tanpa ketidaksenangan yang jelas, diasumsikan bahwa dia pemarah, dan karena itu, pria yang baik untuk dinikahi.
Penikmat kopi dapat memilih untuk menyeduh kopi mereka di pasir panas, karena waktu penyeduhan yang lebih lama meningkatkan rasa. Bagian penting lain dari budaya kopi di Turki adalah menggunakan sisa-sisa kopi bubuk untuk meramal. Tradisi ini telah diturunkan secara turun-temurun melalui anggota keluarga. Budaya dan tradisi kopi Turki ditambahkan ke daftar warisan takbenda Unesco pada 2013.