IHRAM.CO.ID, CHARLOTTETOWN -- Seorang atlet muslim wanita di University of Prince Edward Island merasakan perubahan di lingkungannya segera setelah ia menggunakan jilbab. Fairouz Gaballa merupakan seorang atlet lari lintas alam atau Cross County.
"Ketika saya berlari, ada saat-saat ketika saya merasa terpinggirkan dan berbeda dari semua orang di sekitar. Saya memakai jilbab dan tidak banyak yang menggunakannya di lapangan, atau di tempat lain di Pulau Prince Edward," kata dia dikutip di CBC, Ahad (14/11).
Namun, ada pula saat-saat lain ketika Gaballa lupa jika ia terlihat berbeda dari orang lain. Hal ini terjadi karena ia merasa sangat nyaman melakukan sesuatu yang membuatnya merasa baik atas diri sendiri.
Ia menyebut, masih ada orang yang benar-benar percaya jika perempuan ditindas dalam agama Islam. Jilbab, penutup kepala yang dipakai banyak wanita Muslim, dianggap oleh sebagian orang sebagai simbol penindasan.
Gaballa pertama kali mulai mengenakan jilbab saat berada di kelas 8, dan menganggapnya sebagai salah satu perilaku berasaskan agama. Tapi beberapa tahun kemudian, ia mulai memahami siapa dirinya, pernyataan manis terkait identitasnya dalam menghadapi Islamofobia.
"Ada hal-hal luar biasa yang datang dari mengenakan jilbab, seperti tidak pernah mengalami bad hair day lagi. Namun dalam masyarakat Barat, ada beberapa hambatan dalam mengenakan jilbab. Selain prasangka dan diskriminasi yang sering saya hadapi, saya menyadari tidak banyak atlet yang juga berhijab," lanjutnya.
Ia pun merasakan perubahan dari yang awalnya memiliki sejumlah teman, menjadi tidak punya teman. Orang-orang yang awalnya mengira ia merupakan ras campuran, kini orang-orang secara otomatis berasumsi ia pasti pengungsi dari Suriah yang tidak bisa berbahasa Inggris.