IHRAM.CO.ID, TRIPOLI – Putra Eks Pemimpin Libya Muammad Gaddafi, Saif Al-Islam Gaddafi mendaftarkan diri dalam pemilihan presiden pada Ahad (14/11). Pria berusia 49 tahun yang dicari karena kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Pengadilan Kriminal Internasional muncul dalam video komisi pemilihan.
Dengan sorban dan kacamata, ia menandatangani dokumen di pusat komisi pemilihan. “Saif Al-Islam Gaddafi mengajukan pencalonannya untuk pemilihan presiden ke kantor Komisi Pemilihan Nasional Tinggi di kota Sebha,” kata komisi dalam sebuah pernyataan.
Gaddafi telah menyelesaikan semua persyaratan hukum yang diperlukan dan diberikan kartu pendaftaran pemilih untuk distrik Sebha. Pemilihan presiden langsung pertama Libya dengan putaran pertama pada 24 Desember nanti adalah puncak dari proses yang diluncurkan tahun lalu oleh PBB.
Gaddafi adalah salah satu tokoh paling menonjol dan kontroversial. Kandidat lain yang mendaftarkan diri sebagai presiden adalah Komandan Militer Timur Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah dan Ketua Parlemen Aguila Saleh.
Meskipun namanya terkenal di Libya, Gaddafi hampir tidak terlihat selama satu dekade. Pada bulan Juni, sumber yang dekat dengan Saif Al-Islam mengatakan dia berencana untuk kembali ke panggung politik. Pada bulan Juli, dia mengatakan kepada New York Times dia ingin memulihkan persatuan yang hilang dari Libya setelah satu dekade kekacauan.
Saif Al-Islam tidak terlihat atau terdengar sejak Juni 2014, ketika dia muncul melalui tautan video dari Zintan selama persidangannya di pengadilan Tripoli. Ayahnya digulingkan dan dibunuh pada 2011 dalam pemberontakan yang didukung NATO yang telah membuat Libya dalam pergolakan.
Setelah bertahun-tahun pertempuran, gencatan senjata resmi ditandatangani pada Oktober lalu antara komandan militer Khalifa Haftar dan pasukan yang setia kepada pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli. Pada akhirnya ini mengarah pada pembentukan pemerintahan sementara pada bulan Maret.
Pasukan yang setia kepada Haftar, mantan sekutu Gaddafi yang menjadi pembelot, dilaporkan ingin mencegah kembalinya Saif Al-Islam ke panggung politik. Sementara itu, Gaddafi kemungkinan akan memainkan nostalgia untuk era sebelum pemberontakan 2011.
Dilansir Middle East Eye, Senin (15/11), era Gaddafi masih dikenang oleh banyak orang Libya sebagai salah satu otokrasi yang keras. Sementara Saif Al-Islam dan tokoh-tokoh rezim sebelumnya telah keluar dari kekuasaan begitu lama sehingga mereka mungkin merasa sulit untuk memobilisasi dukungan sebanyak saingan utama.