Meskipun kehadiran Muslim berkembang, mereka sering menjadi sasaran prasangka. Dua puluh tahun setelah serangan 9/11, Islamofobia masih menghantui Muslim dan Arab Amerika lainnya. Hampir setengah dari orang dewasa Muslim-Amerika mengatakan kepada Pew pada tahun 2016, mereka telah mengalami beberapa bentuk diskriminasi. Para peneliti juga menemukan di antara semua kelompok agama, Muslim masih menghadapi pandangan paling negatif dari publik Amerika.
Diskriminasi dan Islamofobia membawa pengaruh besar terhadap Muslim yang akan mencalondkan dirinya sebagai anggota dewan kota. Shahab Ahmed harus berjuang berat menjadi anggota dewan kota tak lama setelah serangan 9/11. Fitnah sudah menjadi hal biasa yang ia terima.
Setelah kalah dalam pemilihan tahun 2001, ia kembali bangkit dan berhasil menjadi pejabat kota Muslim pertama di Hamtramck dua tahun kemudian. Sejak itu, dukungan untuk komunitas Muslim mulai tumbuh.
Pada malam pemilihan, wali kota terpilih Ghalib, dikelilingi oleh kerumunan Yaman-Amerika dalam pesta pasca pemilihan yang menyajikan baklava dan kebab. Lebih dari 100 pendukung ada hadir dan semuanya laki-laki. “Perempuan berpartisipasi dalam kampanye saya tetapi pemisahan jenis kelamin tetap ada,” ujar dia.
Selain itu, Hamtramck juga menghadapi tantangan yang sama dengan kota-kota Rust Belt. Mulai dari infrastruktur yang rusak hingga peluang ekonomi yang terbatas. Hampir setengah penduduk kota berada di bawah garis kemiskinan. Ini hanyalah beberapa dari masalah mendesak yang harus dihadapi oleh pemimpin kota baru.
"Seperti apa demokrasi di kota berpenduduk mayoritas Muslim? Seperti di tempat lain, berantakan dan rumit. Jadi, ketika hal-hal baru memudar, pekerjaan perlu dilakukan,” kata Pembuat Film Dokumenter Mr Jafri.