IHRAM.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis mencoba mengambil langkah dan memaksimalkan kekuatan pemersatu yang dimiliki sebuah karya seni. Serangkaian pameran tentang seni dan budaya Islam coba digalakkan, sebagai upaya yang lebih luas memerangi peningkatan sentimen Islamofobia di dalam negeri.
Pameran seni Islam ini disebut akan dibuka di 18 kota Prancis pekan ini, dan akan berlangsung selama empat bulan. Tujuan lainnya, untuk menampilkan keragaman budaya Islam.
Berjudul “Islamic Arts: A Past for a Present”, inisiatif pemerintah ini diorganisir oleh Réunion des Musées Nationaux-Grand Palais, yang dipimpin oleh kepala departemen seni Islam Louvre, Yannick Lintz.
Sekitar 210 karya yang dipinjam dari museum nasional dan regional dipamerkan, termasuk 60 karya agung yang dipinjam dari Louvre.
“Mengkurasi seni Islam hari ini berarti juga berurusan dengan Islamisme dan Islamofobia. Ini bukan hanya masalah Prancis, tetapi ini adalah kenyataan bagi setiap kurator dan direktur seni Islam yang sekarang ada di museum,” kata Lintz dikutip di Art Net, Kamis (25/11).
Lintz menambahkan, setelah serangan 11 September di New York, serangan teroris baru-baru ini di Prancis dan perang yang sedang berlangsung di Suriah, kata Islam sering dikaitkan dengan kekerasan dan terorisme.
Sebagai kurator yang berspesialisasi dalam peradaban Islam dan seni Islam, ia merasa penting untuk memberikan pesan lain tentang apa realitas sejarah Islam, melalui 13 abad seni, peradaban dan kehidupan intelektual.
Tujuan lain adanya pemeran ini adalah membongkar beberapa anggapan dan klise tentang budaya Islam. Pun, untuk menampilkan keragaman budaya dan agama di dunia Islam, menunjukkan budaya Islam melampaui agama, lebih bervariasi dari peradaban Arab dan juga termasuk figuratif seni dan gambar orang, termasuk penggambaran Nabi Muhammad.
Topik terakhir tentang penggambaran Rasulullah SAW ini adalah masalah yang sangat rumit di Prancis, utamanya setelah penembakan 2015 di markas majalah satir Charlie Hebdo yang menerbitkan kartun yang menggambarkan nabi. Kasus lainnya adalah pemenggalan terhadap seorang guru sekolah Prancis, yang menunjukkan gambar Muhammad selama kelas tentang kebebasan berbicara soal agama.