IHRAM.CO.ID, BENGALURU— Inggris dan Israel akan "bekerja siang dan malam" dalam mencegah Iran menjadi kekuatan nuklir, demikian tekad yang dinyatakan bersama oleh menteri luar negeri kedua negara.
"Waktunya sudah mendesak, karena itu kerja sama diperlukan dengan mitra-mitra dan teman-teman kita untuk menggagalkan ambisi Teheran," tulis Menlu Inggris Liz Truss dan Menlu Israel Yair Lapid di surat kabar Telegraph pada Ahad (28/11).
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennet, sebelumnya mengatakan pada Ahad bahwa negaranya "sangat khawatir" para kekuatan dunia akan mencabut sanksi terhadap Iran, sebagai imbalan atas langkah Iran yang dianggapnya tidak cukup dalam mengekang program nuklir.
Bennet mengeluarkan pernyataan itu saat para perunding bertemu di Wina, Austria, pada Senin sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir.
Sementara itu menurut laporan Telegraph, Israel dan Inggris pada Senin akan menandatangani perjanjian 10 tahun untuk bekerja sama secara erat pada sejumlah bidang, seperti keamanan siber, teknologi, perdagangan, dan pertahanan.
Kedua menteri luar negeri menambahkan dalam artikel di surat kabar tersebut bahwa Israel akan secara resmi menjadi mitra "tingkat pertama" bidang dunia maya dalam upaya untuk meningkatkan keamanan sibernya di tengah peningkatan ancaman yang dihadapi negara-negara di seluruh dunia.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ingin menegosiasikan kembalinya Amerika Serikat ke Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Pada 2018 mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan Washington dari kesepakatan nuklir itu.
Kemudian Trump menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran. Tidak lama kemudian Iran melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam JCPOA seperti membangun persedian uranium yang diperkaya.
Negara-negara Teluk tidak yakin dengan peran pemerintah Biden di kawasan dan ingin menghindari eskalasi yang terjadi pada 2019. Ketika kapal-kapal tanker mereka termasuk infrastruktur energi Arab Saudi diserang.
Arab Saudi yang terkunci dalam beberapa konflik proksi dengan Iran di kawasan itu menggelar pertemuan dengan rivalnya pada April lalu. Riyadh menggambarkan pembicaraan tersebut 'ramah' tapi menegaskan sifat pertemuan ini masih eksploratif.