Selasa 30 Nov 2021 21:45 WIB

Pertempuran Manzikert, Jejak Gemilang Alp Arslan

Perang Manzikert mungkin tidak akan terjadi kalau pihak Romawi Timur mengusik Seljuk

Peta Kusultanan Seljuk yang luar. Wilayhnya terbentang utara Yunani hingga kepulauan Aegean timur, setengah dari Bulgaria, Siprus, sebagian besar Armenia dan sebagian besar wilayah Georgia, Irak dan Suriah.
Foto: Alarabiya
Peta Kusultanan Seljuk yang luar. Wilayhnya terbentang utara Yunani hingga kepulauan Aegean timur, setengah dari Bulgaria, Siprus, sebagian besar Armenia dan sebagian besar wilayah Georgia, Irak dan Suriah.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perang Manzikert mungkin tidak akan terjadi kalau pihak Romawi Timur (Bizantium) tidak mengusik wilayah Bani Seljuk, khususnya Armenia. Pada 1071 M, Kaisar Romanus IV berusaha merebut kembali negeri di kaki Pegunungan Kaukasus itu.

Padahal, Bizantium masih terikat perjanjian damai yang ditandatangani dua tahun sebelumnya dengan kerajaan Muslim tersebut. Waktu itu, sang pemimpin Dinasti Seljuk, Sultan Alib Arselan atau Alp Arslan, sedang sibuk menggempur Daulah Fathimiyah di Syam.

Baca Juga

Kabar yang datang dari Armenia tentu saja mengganggu konsentrasinya. Untuk mencegah pergerakan Bizantium lebih lanjut, sosok keturunan Turki Oghuz itu memimpin pasukannya ke utara. Di barat Armenia, ia hendak mencegat balatentara Romanus.

Kedua belah pihak bertemu di Lembah Man zikert. Secara jumlah, pasukan Romawi lebih banyak daripada Muslimin. Karena itu, sang kaisar dengan angkuh menolak opsi perundingan damai yang ditawarkan Alp Arslan.

Pada Jumat pagi, tanggal 25 Agustus 1071. Manzikert akan menjadi gelanggang perang. Alp Arslan sempat merasa gelisah. Tidak pernah disangkanya, Seljuk akan melawan Bizantium dengan kekuatan seadanya. Sebab, segala persiapan yang telah disusunnya selama ini hanya untuk menghadapi Bani Fathimiyah, bukan yang lain.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement