IHRAM.CO.ID, TRIPOLI -- Putra mendiang penguasa Libya, Muammar Qadafi, Saif Al-Islam Qadafi, menuding pasukan militer menghalangi pengajuan banding atas keputusan pengadilan yang mengeluarkannya dari pencalonan presiden. Dia mengatakan bahwa, pasukan militer mengepung Pengadilan Sabha dua hari berturut-turut, dan mencegah hakim serta staf mengakses gedung.
Dilansir Middle East Monitor, Rabu (1/12), Saif Al-Islam bahwa, tindakan militer itu telah menangguhkan pertimbangan banding yang diajukan oleh pengacaranya terhadap keputusan oleh Komisi Tinggi Pemilihan Umum (HNEC) yang mengecualikannya dari pencalonan dalam pemilihan presiden mendatang. PBB sebelumnya mengumumkan kekecewaannya tentang tindakan tersebut.
HNEC belum lama ini mengatakan bahwa, Saif Al-Islam tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. HNEC juga mengeluarkan 24 lainnya dari total 98 kandidat. Pengecualian Saif Al-Islam sebagai kandidat presiden berdasarkan pada tuduhan melakukan kejahatan perang selama pertempuran yang menggulingkan mendiang ayahnya di 2011.
Pada 2011, sebuah kelompok bersenjata Libya menangkap Saif al-Islam. Dia dijeboloskan di penjara di kota Alzintan, Libya barat. Dia kemudian diadili di depan pengadilan Libya. Pada tahun yang sama, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Saif al-Islam atas tuduhan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Libya.
Pada 2015, Saif al-Islam menghadapi hukuman mati karena melakukan kejahatan perang secara berlebihan sambil menekan revolusi melawan pemerintahan ayahnya. Tetapi hukuman itu tidak dieksekusi.
Pemilihan presiden dan parlemen Libya akan berlangsung pada 24 Desember. Komisi Pemilihan Umum Libya membuka pendaftaran untuk kandidat dalam pemilihan presiden pada 8 November. Rakyat Libya berharap bahwa, pemilihan umum mendatang akan berkontribusi untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah melanda negara kaya minyak itu selama bertahun-tahun.
Sebelumnya, juru bicara Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Fadi al-Abdullah mengatakan, surat perintah penangkapan terhadap Saif al-Islam masih berlaku. “Surat perintah penangkapan ICC tetap berlaku dan tidak berubah. ICC tidak mengomentari masalah politik,” ujar al-Abdullah.
Saif al-Islam adalah salah satu tokoh paling menonjol yang mencalonkan diri sebagai presiden. Dia akan bersaing dengan panglima perang Haftar, Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah dan ketua parlemen Aguila Saleh.
Pemilihan presiden Libya dianggap sebagai momen penting dalam proses perdamaian yang didukung PBB. Terutama untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung sekitar satu dekade. Konflik ini telah merusak stabilitas Mediterania sejak pemberontakan yang didukung NATO terhadap Muammar Qadafi pada 2011.