Meski ini berbentuk sekolah namun sekolah ini adalah pendidikan informal seperti kursus. Dengan adanya sekolah ini pengusaha umkm dapat berjejaring dan dapat meningkatkan kapasitas penjualan serta distribusi produk mereka.
"Jika hanya sendiri saja akan sulit untuk mendistribusikan produk, sehingga kita perlu saling bekerjasama tentu kami melakukannya tanpa sponsor hingga saat ini,"ujar dia.
Program berbasis keluarga ini telah meningkatkan keterampilan dan potensi kewirausahaan. Beberapa contoh adalah produk detergen dan minuman kedelai yang tak hanya dapat dikonsumsi pribadi juga telah dipasarkan dengan kemasan yang menarik.
Alumni komunitas ini pun tak hanya menjual secara langsung tetapi juga secara daring. Melalui grup whatsapp warga meski di lingkup terkec di RT dan RW. "Mereka yang berhasil bahkan setelah Phk karena Covid-19 kini bisa memiliki penghasilan dua hingga tiga juta rupiah per bulan dari omset penjualan mereka,"ujar dia.
Karena distribusi yang penting, bagi mereka yang memiliki modal tentu bisa mengembangkan penjualan online. Namun mereka dengan kemampuan dan modal terbatas tentu akan kesulitan dalam menjalankan penjualan online.