REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Masjid Jamia, masjid agung Srinagar, menampung 33 ribu jamaah. Pada acara-acara khusus selama bertahun-tahun, ratusan ribu Muslim telah memenuhi jalur dan jalan terdekat untuk melaksanakan sholat yang dipimpin dari masjid itu.
Namun, otoritas berwenang India menganggap Masjid Jamia sebagai tempat masalah atas protes dan bentrokan yang menantang India terhadap wilayah Kashmir yang disengketakan. Meski demikian, bagi Muslim Kashmir, ini adalah tempat suci untuk sholat Jumat dan tempat di mana mereka dapat menyuarakan hak-hak politik.
Dalam perselisihan pahit ini, masjid di kota utama Kashmir sebagian besar tetap ditutup selama dua tahun terakhir. Imam utama masjid telah ditahan di rumahnya hampir tanpa henti sepanjang waktu itu. Gerbang utama masjid digembok dan diblokir dengan lembaran timah bergelombang pada hari Jumat. Penutupan masjid, yang dihormati oleh sebagian besar penduduk Muslim Kashmir, telah memperdalam kemarahan mereka.
"Ada perasaan terus-menerus bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya," kata Bashir Ahmed, pensiunan pegawai pemerintah yang telah menunaikan sholat di masjid itu selama lima dekade, dilansir dari laman Daily Sabah, Kamis (16/12).
Pihak berwenang India menolak untuk mengomentari pembatasan masjid. Di masa lalu,para pejabat mengatakan pemerintah terpaksa menutup masjid karena komite manajemennya tidak dapat menghentikan protes anti-India di tempat itu.