Samaasi juga menyoroti pentingnya masuknya Bo-Kaap ke dalam Kawasan Cagar Budaya pada tahun 2019. "Ini berarti para pengusaha yang datang ke daerah kami harus melihat dan mempertimbangkan dampak warisan kami terhadap pembangunan perkotaan ini," kata dia.
Samasii mengatakan, lingkungan itu dibangun pada 1790-an untuk menyediakan rumah "sewa" bagi budak Melayu, dan keturunan mereka juga tinggal sebagai penyewa di rumah selama hampir 200 tahun. Rumah-rumah di Bo-Kaap, yang sekarang terkenal dengan bangunannya yang berwarna-warni, tidak memiliki warna-warna ini dalam sejarah. Sebelum tahun 1990-an, sebagian besar rumah berwarna putih karena rumah sewaan hanya bisa dicat putih.
"Setelah rumah kontrakan ini diserahkan kepada penduduk setempat pada awal 1990-an setelah perjuangan panjang, masyarakat Bo-Kaap mulai mengecat dinding rumah mereka dengan berbagai warna," ujar Samaasi.