Syekh Attiya juga mengutip perkataan sahabat Rasulullah SAW, Muadz bin Jabal. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Muadz berkata, "Aku tidur dan sholat malam. Dan aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana pahala yang aku harapkan dari shalat malamku." (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu, tentu terdapat perbedaan besar antara tidur yang biasa dan tidur yang dinilai sebagai ibadah. Tidur yang dinilai sebagai ibadah adalah tidur yang diniatkan untuk bangun untuk melaksanakan ibadah di malam hari.
Tidur yang dihitung sebagai pahala juga adalah tidur yang dengan tidur tersebut seorang hamba bisa lebih meningkatkan kedekatannya kepada Allah SWT dengan memperbanyak amal kebaikan setelah bangun dari tidurnya.
Sedangkan tidur yang tidak bernilai meski yang melakukannya sedang berpuasa, yakni ketika ia tidur sampai waktu Maghrib tiba. Tidur inilah yang sama saja dengan menyia-nyiakan waktunya dengan aktivitas yang tidak bermanfaat.