IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Setiap 19-20 Januari, Azerbaijan memperingati tragedi Black January sebagai hari berkabung nasional. Duta Besar Republik Azerbaijan untuk Indonesia Jalal Mirzayev menceritakan bahwa tragedi ini terjadi sebelum klaim teritorial tak berdasar dari Armenia terhadap Azerbaijan pada akhir 1980-an.
Kala itu kegiatan separatis Armenia di Nagorno-Karabakh dan dukungan kepemimpinan Soviet, mendorong perluasan gerakan melawan Pemerintah Soviet di Azerbaijan. Tentara Soviet dikerahkan ke negara itu untuk mencegah gerakan nasional dan mematahkan keinginan rakyat Azerbaijan untuk kemerdekaan.
Jalal mengatakan mereka melakukan pembantaian terhadap penduduk yang damai, melanggar norma-norma hukum internasional, Konstitusi bekas Uni Soviet, dan Azerbaijan. Akibat peristiwa tersebut, pada konferensi pers perwakilan tetap Azerbaijan di Moskow, Pemimpin Nasional Heydar Aliyev mengutuk keras kekejaman tersebut. Dia menuntut penilaian politik atas pembantaian terhadap rakyat dan hukuman bagi para pelakunya.
Pada sidang parlemen Azerbaijan Februari 1994, peristiwa pembunuhan brutal terhadap orang-orang tak bersalah itu dianggap sebagai agresi dan kejahatan militer. Sebagai hasil musyawarah pada Maret 1994, tanggal yang menandai tragedi diperingati sebagai hari berkabung nasional bagi seluruh rakyat Azerbaijan.
Jalal mengatakan, di bawah kepemimpinan Panglima Tertinggi Kemenangan, Tentara Azerbaijan memastikan keutuhan wilayah negara sebagai hasil dari perang 44 hari. Oleh karenanya penguatan kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan wilayah Azerbaijan adalah dasar dari kenegaraan dan perjuangan untuk menegakkan prinsip-prinsip dasar ini terus-menerus.
"Segala kemungkinan ancaman terhadap kemerdekaan dan integritas negara kita akan terus dijawab dengan tegas, dan semua langkah yang diperlukan akan diambil untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas berbagai kejahatan terhadap rakyat dan negara Azerbaijan," kata Jalal dalam peringatan 32 tahun Black January yang digelar secara virtual, Rabu (19/1/2022).