IHRAM.CO.ID, SANA'A -- Perang Yaman telah merenggut 17 nyawa anak-anak sejauh ini pada awal tahun 2022. Dana Anak-anak PBB (UNICEF) menyebut banyaknya korban anak ini karena kekerasan terus merajalela di negara yang terus dilanda konflik tersebut.
Kepala UNICEF Timur Tengah Ted Chaiban mengatakan angka ini hampir dua kali lipat untuk keseluruhan korban anak pada Desember. "Anak-anak di Yaman terus menjadi yang pertama dan paling banyak dibayar, hampir tujuh tahun berlalu dalam salah satu konflik bersenjata paling brutal dalam sejarah baru-baru ini," katanya dilansir dari The New Arab, Ahad (23/1/2022).
“UNICEF menyerukan kepada pihak-pihak yang berkonflik di Yaman dan mereka yang memiliki pengaruh untuk menghormati hukum internasional dan melindungi warga sipil, termasuk anak-anak, setiap saat," tambahnya.
Chaiban mengatakan warga sipil dan fasilitas sipil, seperti sekolah dan rumah sakit tidak boleh diserang dan "harus selalu dihormati". “Sejak konflik meningkat di Yaman, PBB memverifikasi bahwa lebih dari 10 ribu anak telah terluka atau terbunuh. Jumlahnya kemungkinan jauh lebih tinggi,” tuturnya.
"Terlalu banyak anak yang terkena dampak dalam perang yang tidak mereka buat. Sudah saatnya bagi mereka yang berjuang untuk menghentikan kekerasan dan mencapai solusi politik," tambahnya.
Perang di Yaman dimulai pada 2014, tahun ketika pemberontak Houthi merebut ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah lainnya. Houthi didukung oleh Iran, sementara pemerintah Yaman didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Saudi.
Organisasi hak asasi manusia menuduh koalisi, pemberontak, dan lainnya yang terlibat dalam pertempuran itu melakukan pelanggaran serius. PBB menyebut perang Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.