Jumat 04 Feb 2022 17:30 WIB

Dakwah tak Kenal Lelah KH Asrori Ahmad (II)

KH Asrori Ahmad sangat produktif menulis.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
(Ilustrasi) KH Asrori Ahmad dikenal sebagai salah seorang ulama yang produktif menulis
Foto:

Pendirian Roudlotut Thullab yang diasuh Kiai Asrori itu telah mengalami pasang surut. Hal itu tidak terlepas dari beberapa faktor pendukungnya. Pada 1976, sang pendiri mencoba menerapkan sistem madrasi (sekolah) dengan harapan pola pengajaran di sana akan lebih sistematis. Ternyata, tanggapan yang baik dan bahkan antusias datang dari masyarakat sekitar. Mereka merasakan kemanfaatan yang besar dari rencana tersebut.

Bersamaan dengan proses dimulainya perluasan dan pembangunan gedung, pada 1987 Kiai Asrori kemudian memanggil salah seorang putranya, Ahmad Said. Anaknya itu telah menamatkan pendidikan di Pesantren Roudlatul Ulum, asuhan KH Zamrodji, Kencong, Pare, Kediri.

Sejak kepulangan sang putra pada 1988, Pesantren Roudlotut Thullab semakin dinamis dan berbenah. Dalam hal ini, Ahmad Said dibantu seorang santri senior yang bernama Abdurrahman Masyhuri. Lambat laun, pesantren tersebut menjadi lebih tertata sedemikian rupa, baik dalam sistem pengajaran maupun kitab-kitab yang disajikan.

Selain mengelola pesantren, Kiai Asrori juga memantapkan dakwah bil kitabah atau penyebar an syiar Islam melalui tulisan. Ia aktif menulis dan juga menerjemahkan berbagai kitab kuning ke dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab-Pegon. Karya-karyanya tetap bisa dijumpai bahkan hingga kini. Kitabnya yang berjudul Nurudduja fi Tarjamati Safinatun Najah, misalnya, telah ratusan kali dicetak ulang. Karya ini pun banyak dikaji ataupun dijadikan referensi.

Jumlah kitab-kitab terjemahan yang ditulis Kiai Asrori mencapai ratusan judul dan meliputi berbagai disiplin ilmu. Di antara karya-karyanya yang masyhur adalah Tashil al-Rafiq fi Tarjamati Sullam al-Taufiq, Tarjamah Riyadl al- Shalihin, Tarjamah Irsyad al-Ibad, serta Tarjamah Risalah al-Muawanah. Semua itu meliputi berbagai disiplin, seperti fikih, hadis, akhlak, tauhid, tasawuf, dan sebagainya.

"Kakek saya itu, Kiai Asrori memang dikenal sebagai salah seorang ulama yang produktif menulis,"ujar Gus Nabil Haroen, salah satu cucu Kiai Asrori, saat berbincang dengan Republika, beberapa waktu lalu.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement