Dalam pernyataan tahunannya, Sada Social mengatakan ada disparitas dengan upaya para pembela hak atas kebebasan berekspresi dan rasa aman di ruang digital. Ia mengamati pada tahun 2021 ada kecenderungan yang berkembang untuk memaksakan kekuatan koersif pada praktik masyarakat di ruang digital.
Refai menekankan panggilan berulang-ulang ke Facebook untuk mengakhiri bias yang ditunjukkan terhadap konten Palestina belum berbuah hasil. Ia menyebut telah terjadi peningkatan serangan terhadap platform media selama liputan perang dan peristiwa baru-baru ini di Yerusalem. Halaman berita Palestina seperti Maydan al Quds pun akhirnya ditarik pada November tahun lalu.
“Ini adalah perusahaan AS dan hukum AS mendefinisikan perjuangan Palestina sebagai tindakan terorisme,” keluh Refai.
Menurut statistik tahunan yang dirilis oleh Sada Social, lebih dari 390 warga Palestina ditahan oleh pasukan Israel dan diinterogasi karena menyoroti masalah terkait Palestina di Facebook.