Senin 14 Feb 2022 21:30 WIB

KH Abdul Madjid Guru Para Ulama Betawi (I)

KH Abdul Madjid itu akan selalu dikenang sebagai ulama besar dari Kelurahan Pekojan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Masjid Pekojan usai pemugaran pada tahun 1784.
Foto:

Guru Madjid menjalani aktivitas dakwahnya selama 30 tahun. Ia mendidik umat melalui majelis-majelis yang digelar di tengah masyarakat.Majelis taklimnya tersebar di banyak kawasan di Batavia. Sebut saja, Sawah Besar, Petojo, Batu Tulis, Tanjung Priok, dan Kramat Senen. Begitu pula dengan sejumlah pengajian yang diampunya di Rawa Bangke, Jatinegara, Klender, serta Bekasi.

Di Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, ia juga membuka pengajian. Dirinya mengajar setiap hari, mulai dari pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB. Muridnya bukan sembarangan. Mereka terdiri atas para dai setempat yang memiliki majelis ilmu di kampungnya masing-masing.

Di antara para santri Guru Madjid yang akhirnya menjadi ulama Betawi adalah KH Abdul Ghani, KH Abdul Rozak Ma'mun, KH Abdul Rahman, dan KH Soleh. Di samping itu, ada KH Abdullah Syafi'i, KH Nahwari, KH.Sa'idi, KH Najib, dan KH Bakir. Selanjutnya, tercatat nama- nama, seperti KH Abdurrahman, KH Bakar, KH Abdullah, KH Mukhtar, KH Mas'ud, KH Tohir Rohili, KH Mas'ud, serta KH Muhammad Muhadjirin Amsar ad-Darry--pendiri Pondok Pesantren an-Nida al-Islamy Kota Bekasi.

Sebagai seorang alim yang menekuni dunia tasawuf, sosok Guru Madjid juga dikaitkan dengan cerita-cerita ajaib yang menunjukkan kedalaman ilmu dan kelebihannya. Rakhmad Zailani Kini dalam buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi: Melacak Jaringan Ulama Betawi dari Awal Abad 19 hingga Abad 21menjelaskan, para murid sang syekh sering melihat kejadian aneh pada diri di ulama tersebut. Keajaiban, yang dalam bahasa Arab disebut khariqul `adah, itu dapat dilihat dalam beberapa kisah. Misalnya, ketika sang kiai selamat dari reruntuhan masjid di jalan Pecenongan. Padahal, bangunan tempat ibadah itu sedang digunakannya untuk mengaji.

Diceritakan pula, pada suatu ketika Guru Madjid sedang mengajar para santri. Ia ditemani seorang ulama, KH Abdurrahman. Tiba-tiba, ia memperoleh firasat untuk memindahkan acara pengajian dari dalam ruangan ke serambi masjid.Sekitar 15 menit kemudian, bangunan utama masjid itu tiba-tiba roboh dan tinggal serambinya saja yang masih utuh. 

Di tengah kesibukannya berdakwah, Guru Madjid juga aktif di sejumlah organisasi masya rakat (ormas) keislaman. Misalnya, Majelis Syuro Muslimin Indonesia dan Nahdlatul Ulama (NU).Ketika Jepang menguasai Tanah Air, sang alim sem pat menjadi seorang anggota Cosangiin atau De wan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta.

Di samping itu, Guru Madjid juga termasuk produktif dalam menghasilkan karya-karya tulis.Ada beberapa kitab dan kumpulan ceramah yang dikarangnya. Kitab Taqwimun Nayyirainyang membahas ilmu falak adalah salah satu karyanya.Untuk mata pencaharian, dirinya juga bekerja sebagai pedagang. Di antara komoditas jualannya ialah tekstil atau pakaian. Ia menghidupi keluarganya dengan keringatnya sendiri.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement