IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai seorang ulama, KH Abdul Madjid tidak hanya berdakwah lewat lisan, tetapi juga tulisan. Sebelum wafat, dirinya sempat mengarang kitab yang membahas disiplin ilmu falak. Judulnya ialah Taqwim an- Nayyirain. Kitab yang ditulis dengan aksara Arab-Melayu ini menjadi rujukan hisab para perukyat hilal. Bahkan, hingga saat ini buku tersebut dipakai di Pesalo Basmol, Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Dalam dakwahnya, Guru Madjid memang tidak dapat dilepaskan dari sejarah dan perkembangan tempat rukyatul hilal di Menara Masjid al-Musyari'in, Jalan Basmol Raya, Jakarta Barat. Dialah yang meneruskan kiprah Habib Usman bin Yahya.
Ulama keturunan Rasulullah SAW ini merupakan seorang mufti Betawi yang menguasai berbagai bidang ilmu, termasuk falak. Pada waktu itu, Habib Usman melihat di sebelah barat Jakarta terdapat dataran tinggi yang dikenal dengan nama Pisalo atau Basmol. Sakingtingginya, daerah itu hingga kini tidak pernah mengalami kebanjiran.
Pada waktu itu, daerah Basmol hampir seluruhnya digunakan sebagai area persawahan. Dalam perspektif Habib Usman, lokasi itu sangat memenuhi syarat untuk dijadikan tempat rukyatul hilal.
Setelah Habib Usman wafat pada tahun 1913, Basmol tidaklah redup sebagai tempat favorit masyarakat Betawi untuk melihat dan menentukan awal bulan kalender hijriyah.Ulama yang kemudian menggantikan posisi sang habib adalah Guru Madjid.